Sejarah masa lalu merupakan cermin masa kini dan masa yang akan datang. Dengan demikian, maka sejarah merupakan instrumen penting untuk mengaca diri. Sejarah bagi generasi yang akan datang bukanlah tulisan mati yang tanpa arti, melainkan sebagai catatan-catatan penting sejarah, selain untuk mengabadikan perjalanan masa lampau juga sebagai narasi perjalanan kehidupan penting yang dapat dipetik hikmahnya bagi perjuangan masa kini dan masa-masa yang akan datang.
Perlu diketahui bahwa merefleksikan perjalanan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dari masa ke masa menjadi hal penting dan mengakar-tradisi bagi segenap warga PMII umumnya serta kader PMII Kebumen khususnya. Dengan melihat sejarah dan torehan-torehan prestasi di masa lampau akan menumbuhkan spirit baru bagi generasi sekarang dan generasi yang akan datang untuk terus menjaga dan meningkatkan eksistensi PMII di tengah dinamika gerakan keislaman dan keindonesiaan saat ini dan masa yang akan datang. Dalam konteks ini, maka sangat perlu bagi kader ataupun alumni PMII kebumen untuk menuliskan narasi sejarah PMII kebumen, agar jejak perjalanan dan perjuangan generasi-generasi sebelumnya dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi gerakan, sekaligus motivasi dan spirit baru dalam meneruskan perjuangan dan pergerakan para pendahulunya.
Meski selayang pandang yang disajikan dalam tulisan ini terbilang kurang komplit, namun ini semua tidak menyurutkan keinginan sahabat-sahabat PMII Kebumen, dan diri saya pribadi untuk menorehkan tulisan selayang pandang ini. Karena, kami menganggap bahwa tulisan ini sangat penting untuk kami jadikan inspirasi pemikiran dan motivasi gerakan, sehingga memicu semangat perjuangan dan pergerakan seluruh kader juga Alumni PMII Kebumen.
Dalam goresan tinta sejarah, bahwasannya PMII telah menyebar ke seantero nusantara termasuk juga di Kabupaten Kebumen. Dalam konteks ini, sehingga berdirinya PMII Kebumen tidak bisa lepas dari pergolakan dan perkembanganan PMII secara nasional. Secara singkat, historisitas kelahiran PMII adalah dari Rahim Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), di mana IPNU itu sendiri berdiri tahun 1954, dan merupakan organisasi NU yang menghimpun para pelajar, termasuk di dalamnya mahasiswa pada waktu itu. Wajar kemudian kelompok mahasiswa dalam jajaran kepengurusan IPNU ini sangat mewarnai, karena kapasitas dan tingkat intelektualnya relatif berlebih ketimbang pelajar. Wajar pula jika lama kelamaan merasakan adanya kesenjangan psikologis hingga menyadari perlunya sebuah wadah tersendiri bagi mahasiswa demi pertimbangan tersebut.
Pada Konggres I IPNU di Jember (1957), muncul ide tentang wadah khusus bagi mahasiswa NU, selanjutnya pada Konggres II IPNU (1958) di Cirebon terbentuklah Departemen Perguruan Tinggi pada IPNU, dan merupakan departemen yang khusus mengkoordinir mahasiswa NU. Kemudian melalui Konferensi Besar ke-1 IPNU pada tanggal 14-17 Maret 1960 di Kaliurang, Yogyakarta berhasil membentuk panitia kecil untuk wadah mahasiswa NU. Dari panitia kecil ini kemudian menyelenggarakan musyawarah pada tanggal 14-16 April 1960 di Sekolah Mualimat NU, Wonokromo-Surabaya, dan telah menyusuan Peraturan Dasar PMII. Peraturan Dasar ini berlaku mulai tanggal 17 April 1960; yang kemudian dijadikan sebagai Hari Lahir (Harlah) PMII. Terpilih sebagai Ketua Umum waktu itu Mahbub Junaidi dan Said Budairi sebagai Sekretaris Umum.
Pucuk pimpinan (Sekarang Pengurus Besar) PMII disahkan oleh PBNU pada tanggal 14 Juni 1960, sekaligus dengan mandat membentuk cabang-cabang seluruh Indonesia. Pada periode pertama disahkan cabang-cabang seperti cabang Yogyakarta, Surakarta, Semarang, Bandung, Jakarta, Malang, Makasar, Surabaya, Ciputat, Banjarmasin, Padang, Banda Aceh, dan Cirebon. Periode kedua memekar subur karena dibukanya IAIN, yang kemudian muncul cabang-cabang seperti Manado, Tulungagung, Serang, Jambi, Ambon, Jember, Palembang, Purwokerto, Medan, Martapura, Sibolga, Kudus, Bogor, Pematang Siantar, Curup, Tasikmalaya, dan Kediri. Pada periode ketiga mekar lagi cabang-cabang PMII di Kabupaten/ Kota seperti cabang PMII Amuntai, Padang Sidempunan, Pontianak, Mataram, Samarinda, Kerinci, Sumenep, Kandangan, Riau, Lampung, Palangkaraya, Pamekasan, Salatiga, Banyuwangi, Padangpanjang, Bojonegoro, Wates, Pekalongan, Banjarbaru, Klaten, Palu, Magelang, Lahat, Jombang, Rantauparapat, Tanjung Balai, Lumajang, Karawang, Pacet, Sukabumi, Purworejo, Bangkalan, dan Bondowoso. Puncak kejayaannya PMII mempunyai 114 cabang PMII di Kabupaten maupun Kota.[1]
Sangat dimungkinkan bahwa lahirnya PMII kebumen merupakan bagian dari perkembangan dan perluasan cabang-cabang PMII di beberapa kabupaten dan kota pada periode ketiga, dan tidak ada selang waktu lama dengan berdirinya cabang PMII Purworejo. Pertimbangan ini disebabkan selain letak wilayah yang berdekatan antara kabupaten Kebumen dengan Kabupaten Purworejo, juga kabupaten Kebumen sebagai kabupaten yang sangat strategis, di mana mayoritas masyarakatnya adalah warga Nahdliyin dan banyak berdiri pondok pesantren di kabupaten dengan slogan kabupaten beriman ini.
Sebagaimana kita ketahui, kader-kader PMII merupakan aset intelektual muda NU, mengingat hampir seluruh kader PMII—yang sudah menjadi alumni—mengabdi di NU. Dengan pertimbangan ini pula kemudian memicu semangat mahasiswa NU Kebumen untuk mendirikan organisasi yang berhaluan Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja), yakni PMII sebagai organisasi mahasiswa kaum muda NU yang secara tegas memperjuangkan ideologi Aswaja. Di Kebumen juga telah berdiri Universitas Nahdlatul Ulama (UNU), walaupun pada masa itu jumlah mahasiswanya tidak sebanyak universitas atau kampus di kota besar seperti Jogja, Semarang dan kota besar lainnya.
Perlu digaris bawahi di sini bahwa untuk mengkaji dan memformulasikan sejarah kapan berdirinya PMII Kebumen memang bukan perkara mudah. Karena dibutuhkan sumber data dan informasi yang jelas-akurat, terutama para pelaku sejarah PMII Kebumen di masanya.
Terdapat beberapa pertanyaan mendasar yang harus dijawab, kapan PMII itu masuk di Kebumen? Dari mana, dan siapa saja pembawa gagasan awal PMII Kebumen? Kemudian, siapa saja pengurusannya di awal berdirinya PMII kebumen? Apa yang dilakukan? dan Seperti apakah sistem dan proses kaderisasinya?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, tentu butuh waktu, tenaga, dan pikiran yang ditopang oleh sumber data dan informasi dari berbagai pihak, terkhusus para pelaku sejarah perjalanan PMII Kebumen. Sehingga, kebenaran dan validitas sejarah PMII Kebumen benar-benar sesuai dengan kondisi dan situsasi sosial yang ada. Selanjutnya, hasil dari galian sejarah PMII Kebumen tersebut dapat dijadikan sebagai titik pijak bagi Harlah (Hari Lahir) PMII Kebumen yang bisa dinikmati oleh segenap Kader juga Alumni PMII Kebumen.
Penulis menyadari bahwa, sajian atau formulasi sejarah perjalanan PMII Kebumen ini masih sangat jauh dari sempurna, karena belum sepenuhnya mampu menjawab semua pertanyaan-pertanyaan di atas, juga belum ditopang oleh sumber data atau informasi yang lengkap dari berbagai pihak. Harapan besarnya adalah ke depan ada kader ataupun alumni PMII Kebumen yang meneruskan tulisan singkat dan sederhana ini. Sehingga alur naratif historisitas PMII kebumen ini menjadi alur perjalanan sejarah PMII kebumen yang lengkap dan utuh; dengan ditopang berbagai sumber data dan informasi yang valid dari para sesepuh dan founding father PMII Kebumen.
Dari beberapa sumber informasi yang saya gali, salahsatunya adalah dari Sahabat Lamin, alumni PMII Kebumen yang masuk pada generasi kedua PMII Kebumen. Menurut beliau, PMII pertama kali hadir di Kebumen sekitar tahun 1980-an (tanggal dan bulan belum disebutkan). Karena memang, kampus tertua di Kebumen adalah Universitas Nahdlatul Ulama (UNU). Kampus ini, awalnya adalah cabang dari kampus IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang membuka cabang di Kebumen; sekitar tahun 1973. Kemudian berbagai pertimbangan regulasi dari pemerintah, UNU Kebumen ini kemudian menginduk ke UNU Surakarta. Karena berbagai pertimbangan matang dari para pendiri dan sesepuh NU di Kebumen, UNU Kebumen ini kemudian memisahkan diri dari UNU Surakarta, yang secara yuridis formal, kampus ini resmi berdiri tahun 1978; dengan membuka fakultas awal yaitu Hukum Islam/ Syari’ah, baru kemudian pada tahun 1985 membuka Fakultas Tarbiyah.
Dengan melihat awal mula berdirinya kampus UNU Kebumen di atas (tahun 1978), dua tahun berselang kemudian (tahun 1980) PMII Kebumen berdiri. Beberapa mahasiswa UNU Kebumen bersama-sama berkomitmen mendirikan PMII sebagai basis pengkaderan mahasiswa NU di Kebumen. Pertama kalinya, generasi pertama PMII Kebumen dipimpin oleh Sahabat Hasanudin. Karena masa-masa awal berdiri, tentu hasrat utamanya adalah bagaimana agar PMII ini bisa eksis di kampus dan bisa melangsungkan rekrutmen mahasiswa untuk menjadi kader PMII; walaupun mahasiswa di kampus UNU ini jumlahnya masih sangat sedikit pada masa itu.
Setelah masa khidmat awal PMII Kebumen dipimpin oleh Sahabat Hasanudin, dan dibantu oleh beberapa Sahabat-kader PMII Kebumen lainnya, selanjutnya estafet kepemimpinan PMII Kebumen diteruskan oleh Sahabat Sukirin dan Sahabat Lamin sebagai Sekretaris, yang masuk sebagai generasi kedua PMII Kebumen. Namun belum diketahui secara persis kapan tahunnya, yang pasti masa-masa awal PMII Kebumen ini berjalan cukup lama, baik periode pertama maupun periode kedua. Dengan semangat membangun generasi untuk meneruskan mata rantai kaderisasi, pengkaderan PMII Kebumen tetap dijalankan melalui berbagai forum-forum diskusi seputar wawasan ke-PMII-an dan keislaman bagi kader, serta diskusi-diskusi pengetahuan melalui berbagai seminar kemahasiswaan di kampus.
Kemudian, masuk generasi ketiga PMII Kebumen dipimpin oleh Sahabat Habib Al-Badr sekitar tahun 1990 hingga tahun 1992. Kaderisasi PMII pada tahun-tahun ini lebih diarahkan pada bangunan kekeluargaan melalui berbagai kegiatan dan pelatihan PMII, seperti kaderisasi formal yaitu mengikuti Latihan Kader Dasar (sekarang PKD) di Semarang dan beberapa cabang PMII lainnya di Jawa Tengah; tujuannya agar PMII Kebumen bisa dikenal luas. Masa kepemimpinan Sahabat Habib ini juga dipertemukan dengan perhelatan Akbar Kongres X di Asrama Haji Pondokgede Jakarta pada 1991. Ini merupakan kali pertamanya PMII Kebumen memberikan hak suaranya dalam acara Kongres PMII untuk memilih Ketua Umum PB PMII. Dalam Kongres ini, Sahabat Ali Maskur Musa terpilih menjadi Ketua Umum PB PMII untuk masa khidmat 1991-1994. Semenjak tahun 1992 hingga 1997, PMII Kebumen bisa dikatakan vakum dan tidak terdengar gaungnya lagi. Memang, pada periode ini PMII Kebumen bisa dikatakan sedang mengalami masa-masa sulit. Karena regenerasi organisasi belum bisa berjalan baik; mahasiswa kampus UNU yang masih sedikit, sehingga rekrutmen kader tidak bisa berjalan.
PMII merupakan organisasi kemahasiswaan yang menitikberatkan pada pengkaderan. Dengan semangat inilah kemudian proses regulasi kepemimpinan dari masa ke masa harus terus berjalan ditubuh PMII Kebumen. Masa kepemimpinan Sahabat Habib yang berlangsung cukup lama karena defisit kader, yang pada akhirnya berakibat pada vakumnya organisasi. PMII Kebumen kemudian menemukan kembali momentumnya setelah Sahabati Mu’inatul Khoiriyah (Mahasiswa UNSIQ Wonosobo yang juga kader PMII) kembali ke tanah kelahirannya, tepatnya di desa Kembaran, kecamatan Kebumen. Sekembalinya di Kebumen untuk melanjutkan kuliah dan meneruskannya di Kampus STAINU Kebumen, kemudian membangun komunikasi dengan beberapa mahasiswa di Kebumen. Komunikasi ini berlangsung pada pembahasan dan upaya untuk menghidupkan kembali PMII Kebumen. Diskusi panjang mahasiswa STAINU Kebumen dengan berbagai pertimbangan dan masukan dari para alumni PMII yang ada di Kebumen, selanjutnya PMII Kebumen bisa bernafas kembali setelah terpilihnya Sahabat Makruf Widodo menjadi Ketua PMII Kebumen, dan Sahabat Mulyono sebagai Sekretarisnya untuk masa khidmat 1998-1999/2000.
Di mulai sejak masa kepemimpinan Sahabat Makruf Widodo inilah tonggak kepemimpinan Pengurus Cabang PMII Kebumen dalam tiap-tiap periode dapat berjalan dengan baik melalui proses dan mekanisme kaderisasi yang berjalan apik dan berlangsung hingga saat ini.
Masa Khidmat Awal PMII Cabang (Persiapan) Kebumen (1980-1990)
PMII lahir di Kebumen adalah kisaran tahun 1980-an, di mana generasi awal sebagai ketua cabang PMII Kebumen untuk pertama kalinya yaitu Sahabat Hasanudin. Kemudian diteruskan generasi kedua, yang dipimpin oleh Sahabat Sukirin dan Sahabat Lamin sebagai Sekretaris PMII Kebumen. Kedua generasi ini merupakan awal mula PMII menginjakkan kakinya di Kebumen, yang berjalan lebih kurangnya sekitar 10 tahun-an. Sedangkan kader PMII di masa ini adalah kader-mahasiswa kampus UNU Kebumen yang merupakan kampus tertua di kabupaten ini.
Selanjutnya, PMII Kebumen dilanjutkan oleh generasi ketiga, yang dipimpin oleh Sahabat Habib al-Badr untuk masa khidmat 1990-1992. Setelahnya, PMII Kebumen vakum hingga tahun 1997. Pada periode ini PMII Kebumen bisa dikatakan sedang mengalami masa-masa sulit, karena regenerasi belum bisa berjalan baik; defisit kader.
Kepengurusan PMII Cabang Kebumen Dari Masa ke Masa
PMII Kebumen, jika dimulai dari masa kepemimpinan Sahabat Habib Al-Badr hingga era tahun 2021 ini telah dipimpin oleh 19 (sembilan belas) generasi kepemimpinan. Setiap tahunnya PMII Kebumen melaksanakan kaderisasi formal, seperti Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA), Pelatihan Kader Dasar (PKD), dan mengalami kemajuan karena di dua tahun terakhir ini, yaitu tahun 2019 dan 2021 telah mengadakan Pelatihan Kader Lanjut (PKL), serta melaksanakan berbagai kegiatan kaderisasi nonformal dan informal yang berlangsung cukup massif.
1. Kepemimpinan Sahabat Habib Al-Badr (Masa Khidmat 1990-1992?)
Sebagai generasi ketiga, PMII Kebumen era tahun 1990-1997 dalam upaya menunjukkan eksistensinya. Penguatan silaturahim dan kerjasama kaderisasi dengan melangsungkan kunjungan ke beberapa cabang PMII di Jawa Tengah untuk mengikuti pelatihan-pelatihan PMII baik formal maupun non formal. Itu semua dilakukan dengan tujuan agar PMII Kebumen bisa dikenal oleh cabang-cabang PMII di Jawa Tengah. Selain dari pada itu, masa kepemimpinan Sahabat Habib ini dipertemukan oleh perhelatan Akbar Kongres X PMII di Asrama Haji Pondokgede Jakarta pada 1991, dan membawa PMII Kebumen memberikan hak suaranya untuk memilih calon Ketua Umum PB PMII; Sahabat Ali Maskur Musa terpilih sebagai Ketua Umum PB PMII Periode 1991-1994.
Sejak 1992 hingga 1997, PMII Kebumen bisa dikatakan sedang mengalami masa-masa sulit, karena defisit kader hingga vakumnya regenerasi kepemimpinan. Hal ini tentu dipengaruhi oleh banyak faktor, salahsatunya adalah jumlah mahasiswa di kampus UNU Kebumen yang sedikit, sehingga berdampak pada absennya rekrutmen kader, dan estafet organisasi tidak mampu berjalan dinamis.
2. Kepemimpinan Sahabat Makruf Widodo (Masa Khidmat 1998-1999)
Setelah berakhirnya masa khidmat Sahabat Habib al-Badr yang cukup lama, baru kemudian PMII mulai hidup kembali masa kepemimpinan Sahabat Makruf Widodo untuk masa khidmat 1998-1999. Periode ini, PMII Kebumen lebih diarahkan pada penataan dan rekrutmen anggota baru untuk meneruskan estafet perjuangan PMII Kebumen, pendampingan, dan pembentukan paradigma berfikir kader, serta pembagian wilayah tugas pokok dan fungsi dalam tiap-tiap jajaran struktur kepengurusan PMII; periode ini PMII Kebumen sudah memiliki Sekretariat Cabang PMII non permanen.
3. Kepemimpinan Sahabat Mu’inatul Khoiriyah (Masa Khidmat 1999-2000)
Setelah berakhir masa khidmat Sahabat Makruf Widodo dalam memimpin PMII Kebumen selama satu tahun periode kepengurusan, selanjutnya perjuangan PMII Kebumen dilanjutkan oleh Sahabati Mu'inatul Khoiriyah untuk masa khidmat 1999-2000. Pada periode ini PMII Kebumen mulai berkembang, karena kaderisasi mulai tertata dengan baik sehingga ada peningkatan pada kuantitas kader.
Pada masa kepemimpinan Mba Iin, PMII Kebumen sudah diarahkan pada wilayah advokasi dan penguatan jaringan, tidak hanya dalam wilayah internal PMII, juga diarahkan pada jaringan lintas agama. Pada masa ini juga PMII Kebumen sudah dikenal banyak masyarakat, karena seringnya melakukan kegiatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat bawah di level desa.
4. Kepemimpinan Sahabat Mahfudz Rohman (Masa Khidmat 2000-2001)
PMII Kebumen dalam setiap periode kepengurusan bisa dikatakan mengalami peningkatan dan perkembangan positif. Terdapat ciri khas atau karakteristik kepemimpinan dalam membawa dan membesarkan PMII. Setelah berakhirnya Sahabati Iin dalam memimpin PMII Kebumen kemudian diteruskan oleh Sahabat Mahfudz Rohman, dalam Konfercab III PMII Kebumen ia terpilih untuk meneruskan estafet kepemimpinan PMII Kebumen untuk masa khidmat 2000-2001.
Sahabat Mahfudz adalah Ketua PMII Kebumen yang membawa kepemimpinannya yang lebih diarahkan pada penguatan segi wacana intelektual dalam penataan kaderisasi PMII. Penguatan dan penguasaan wacana bagi kader lewat forum-forum diskusi yang diciptakan, baik diskusi rutinan untuk kader hingga seminar dan simposium. Sebagaimana informasi yang kami dapat, di masa Sahabat Mahfudz ini, PMII Kebumen dijadikan sebagai rujukan intelektual PMII di level Jawa Tengah. Sebuah prestasi yang luar biasa yang pernah ditorehkan PMII Kebumen pada masa itu.
5. Kepemimpinan Sahabat Mustolih (Masa Khidmat 2001-2002)
Setelah Sahabat Mahfudz berakhir, kemudian digantikan oleh Sahabat Mustolih untuk masa khidmat 2001-2002. Sahabat Mustholih, selain memiliki mental intelektual, ia juga sebagai sosok kader pemberani. Dia adalah orator ulung dan pemberani ketika menyuarakan aspirasi dan tuntutannya di hadapan para penguasa. Sering kali Mustholih dan kader PMII Kebumen lainnya (dalam keadaan tertentu) melangsungkan aksi jalanan untuk menuntut keadilan membela kaum tertindas. Selain melakukan aksi jalanan, PMII di masanya juga diarahkan pada penguatan wacana dan penulisan, seperti penulisan di media massa dalam setiap event atau kegiatan yang dijalankan oleh PMII. Terbukti dengan modulasi yang diarsipkan dalam dokumentasi SPJ masa periode kepemimpinannya, yaitu berupa kliping pergerakan PMII.
Di samping itu juga masa kepemimpinan Sahabat Mustolih, kaderisasi PMII tidak hanya diarahkan pada kaderisasi formal dan nonformal saja, melainkan juga diarahkan pada pengisian jajaran politik kampus untuk mengisi pos-pos strategis dalam jajaran kepengurusan, seperti BEM, UKM, dan organisasi intra kampus lainnya.
6. Kepemimpinan Sahabati Khotimah (Masa Khidmat 2002-2003)
Pada periode Sahabati Khotimah memimpin PMII Kebumen masa khidmat 2002-2003 untuk meneruskan Sahabat Mustolih, di mana PMII Kebumen lebih diarahkan pada mentalitas kader untuk pendistribusian dan kunjungan ke beberapa wilayah PMII di Jawa Tengah. Salahsatunya adalah untuk mengikuti forum kaderisasi formal dan nonformal yang dijalankan oleh PMII Kabupaten lain, baik sebagai peserta maupun sebagai narasumber kegiatan PMII. Di samping hal tersebut, PMII Kebumen juga diarahkan pada integritas dan eksistensinya pada nilai jual PMII untuk kebijakan publik.
7. Kepemimpinan Sahabat Irhamni (Masa Khidmat 2003-2004)
Pada masa kepemimpinan Sahabat Irhamni untuk masa khidmat 2003-2004, PMII Kebumen sudah dikatakan membudaya dalam acara kunjungan ke beberapa cabang PMII Kabupaten lain guna melakukan evaluasi diri untuk menambah wawasan pengetahuan, serta mulai melakukan inovasi untuk meningkatkan minat bakat mahasiswa dalam berorganisasi melalui kegiatan-kegiatan organisasi intra kampus dan lainnya.
8. Kepemimpinan Sahabat Latoif (Masa Khidmat 2004-2005)
Pada periode ini, PMII Kebumen dipimpin oleh Sahabat Latoif untuk masa khidmat 2004-2005. Sahabat Latoif dalam masa kepemimpinannya mulai membawa arah gerakan PMII Kebumen pada distribusi politik kampus, dan mengorientasikan kaderisasinya terhadap konsistensi kaderisasi internal dan penataan organisasi, serta distribusi kader untuk mengisi pos-pos organisasi intra kampus.
9. Kepemimpinan Sahabat Muhamad Luhamul Amani (Masa Khidmat 2006-2007)
Sahabat (alm.) Muhamad Luhamul Amani adalah Ketua Cabang PMII Kebumen masa khidmat 2006-2007. Dalam torehan sejarah yang telah ia ukir dalam membesarkan PMII Kebumen masih sangat terasa dalam nuansa PMII Kebumen hari ini. Masa khidmatnya ia habiskan untuk membangun PMII Kebumen dalam jejaring gerakan politik PMII wilayah Jawa Tengah. Sekolah Politik masa kepengurusannya adalah sebagai forum kaderisasi nonformal yang dibangun PMII Kebumen untuk menumbuhkan minat pendidikan politik bagi kader, serta untuk membangun jaringan politik pada level PMII cabang di Jawa Tengah.
Bermodalkan semangat dan nalar politik yang begitu kental dalam konstruksi berfikirnya, sehingga Kang Luham (sapaan akrabnya) bisa masuk dalam jajaran struktur Badan Pengurus Harian (BPH) sebagai Aparatur Organisasi PB PMII masa kepengurusan Sahabat Addin Jauharudin. Ini sebuah prestasi besar dan patut untuk dibanggakan, karena salahsatu dari kader PMII Kebumen bisa masuk sebagai jajaran BPH PB PMII. Secara tidak langsung, ia telah mengangkat citra PMII Kebumen dan kontribusi PMII Kebumen dalam lingkup PMII skala nasional.
Kang Luham selama aktif di PMII, mulai dari Ketua Cabang hingga pernah mencalonkan diri sebagai bursa calon Ketua PKC PMII Jawa Tengah, walaupun akhirnya gagal, namun dalam iklim politik yang berpihak padanya kemudian ia mampu merangsek dalam jajaran BPH PB PMII; sebagai Aparatur Organisasi PB PMII masa khidmat 2011-2014.
10. Kepemimpinan Sahabat Ahmad Samsul Hadi (Masa Khidmat 2008-2009)
Sahabat Ahmad Samsul Hadi Ketua PMII Kebumen masa khidmat 2008-2009 mengantikan Sahabat Muhamad Luhamul Amani. Dalam sejarah pergerakannya dalam membawa PMII Kebumen lebih diarahkan pada penguatan kaderisasi internal, intelektual, politik dan membuka jaringan birokrasi kabupaten. Kang Samsul (panggilan akrabnya) dalam hal momentum kaderisasi masa kepemimpinannya, bakat-minat kader difokuskan pada distribusi pos-pos strategis organisasi intra kampus. Terutama masuk dalam jajaran struktur BEM Kampus dan organisasi intra kampus lainnya. Sedangkan untuk kaderisasi di internal PMII, kaderisasi formal yang dilaksanakan adalah PKD; sebagai bentuk penguatan anggota PMII untuk menjadi seorang kader yang memiliki ketajaman intelektual dan nalar gerakan.
11. Kepemimpinan Sahabat Dwi Kurniawan Isnen (Masa Khidmat 2009-2010)
Dengan berlangsungnya Konfercab X yang berlangsung cukup menarik, penuh tantangan dan persaingan ketat, akhirnya Sahabat Dwi Kurniawan Isnen terpilih menjadi Ketua PMII Kebumen untuk masa khidmat 2009-2010 mengantikan Sahabat Ahmad Samsul Hadi. Dalam sejarah perjalanan membawa PMII Kebumen, kaderisasi yang telah dilakukan oleh Sahabat Dwi lebih difokuskan pada ranah ideologisasi dan penguatan wacana. Ini dilakukan dengan tujuan untuk membangun sumberdaya kader yang kuat mental intelektualnya dan ideologis.
12. Kepemimpinan Sahabat Mukholis (Masa Khidmat 2010-2011)
Sahabat Mukholis adalah Ketua cabang PMII terpilih menggantikan Sahabat Dwi Kurniawan Isnen untuk masa khidmat 2010-2011. Pada masa Sahabat Kholis inilah bisa dikatakan PMII Kebumen mulai dikenalkan dengan varian wacana kiri progresif dan ideologis. Karena PMII Kebumen di masanya memang difokuskan pada penguatan militansi intelektual lewat jejaring komunitas intelektual PMII Jogja. Hasil dari interaksi intelektual ini, kemudian menghasilkan suatu agenda pelatihan baru dalam komunitas PMII kebumen, yaitu Pelatihan Basis. Suatu pelatihan nonformal PMII yang salahsatu fungsinya adalah untuk menguatkan jaringan inti ideologis antar cabang PMII di Jawa Tengah.
Pelatihan Basis dijalankan untuk mengisi kaderisasi PMII Kebumen tidak lain adalah sebagai ruang mediasi dan konsolidasi intelektual PMII Jaringan Inti Ideologis di Jawa Tengah. Visi dari kegiatan ini adalah untuk menajamkan basis pengetahuan sebagai penguatan kerangka pergerakan kader PMII. Sehingga sangat penting forum ilmiah model ini untuk diciptakan dan dibudayakan dalam kaderisasi PMII Kebumen. Karena, Pelatihan Basis ini memiliki spirit progresif sebagai media akselerasi pengetahuan, membentuk solidaritas organik, dan menciptakan kader inti ideologis.
Selanjutnya, masa khidmat Sahabat Mukholis ini PMII Kebumen dipertemukan dengan perhelatan Akbar Kongres XVII PMII di Asrama Haji Banjarbaru Kalimantan Selatan, yang dari hasil dari Kongres ini Sahabat Addin Jauharudin terpilih menjadi Ketua Umum PB PMII masa khidmat 2011-2013.
13. Kepemimpinan Sahabat Abdullah (Masa Khidmat 2011-2012)
Masa kepemimpinan Sahabat Abdullah, PMII Kebumen untuk masa khidmat 2011-2013, di mana PMII Kebumen lebih dikuatkan pada advokasi, kaderisasi, dan jejaring politik. Dalam wilayah kaderisasi, PMII Kebumen mampu berdiaspora dan melangsungkan rekrutmen anggota PMII di kampus umum, yaitu Kampus Politeknik Dharma Patria (POLDA) Kebumen. Dalam melakukan rekrutmen kader PMII adalah dengan mengadakan Mapaba Umum. Hasil dari pelaksanan Mapaba ini mampu menghasilkan banyak kader PMII di beberapa kampus yang ada di Kebumen.
PMII Kebumen pada masa ini juga mulai dikenalkan dengan Pondok Pesantren, karena kegiatan atau agenda PMII dilaksanakan, seperti Mapaba Umum dan Mapaba Komisariat IAINU Kebumen, berlangsung di Pondok Pesantren Lirap, Petanahan-Kebumen dan dengan dihadiri langsung Ketua Bidang Kaderisasi PB PMII, yaitu Sahabat Dwi Winarno
14. Kepemimpinan Sahabat Eri Listiawan (Masa Khidmat 2013-2014)
Masa khidmat 2013-2014 yang dipimpin oleh Sahabat Eri Listiawan melalui perhelatan Konfercab XIII yang berlangsung cukup khidmat hingga akhirnya Sahabat Eri terpilih sebagai Ketua PMII Kebumen dan Sahabat Labib Shofiyulloh sebagai Sekretaris. PMII Kebumen pada periode ini lebih diorientasikan pada advokasi, jaringan politik dan kadesisasi, baik formal maupun non formal. Pada masanya PMII Kebumen mampu menyelenggarakan kaderisasi formal, seperti PKD, SKK dan lainnya yang berlangsung dengan cukup apik, yang pada akhirnya mampu diteruskan oleh kepengurusan selanjutnya dan berlangsung hingga hari ini.
Masa kepemimpinan Sahabat Eri, PMII Kebumen dengan sekretariat pertama di desa Kawedusan, kemudian berpindah ke desa Kembaran. Di masanya, PMII Kebumen benar-benar dikenal luas baik oleh level birokrasi hingga masyarakat perdesaan. Itu semua tidak lain karena PMII sering melakukan advokasi untuk masyarakat desa, dan bersama-sama dengan mereka melangsungkan aksi jalanan untuk protes terhadap kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat. Seperti aksi bersama-sama dengan masyarakat Pesisir Selatan tentang persoalan Konflik Urut Sewu, kasus konflik horizontal masyarakat di desa Karanggayam dengan elit pemerintah kabupaten, dan aksi-aksi lain untuk menyikapi berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro dengan masyarakat kecil.
Di masanya juga PMII Kebumen benar-benar dikenal pada level nasional. Dalam perhelatan Akbar PMII, yaitu Kongres XVIII PMII di Jambi pada 2014, Sahabat Eri selaku Ketua PMII Kebumen mampu mengangkat eksistensi PMII Kebumen melalui penyampaian penolakan LPJ periode Sahabat Adin Jauharuddin di mimbar forum Kongres, sehingga PMII Kebumen mampu dikenal oleh banyak cabang PMII se-nusantara. Sahabat Eri yang bisa memberikan hak suaranya dalam acara Kongres PMII Jambi dengan memboyong lebih dari 15 kader PMII Kebumen ke acara; dari hasil Kongres Aminuddin Ma'ruf terpilih sebagai Ketua Umum PB PMII.
Pada masa kepemimpina Sahabat Eri juga, PMII Kebumen sebagai tuan rumah dalam perhelatan Akbar untuk tingkat Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Jawa Tengah, yaitu Konferensi Koordinator Cabang (Konkorcab) yang pada akhirnya hasil dari Konferensi tersebut mampu membawa Sahabat Ibnu Ngakil, kader PMII Wonosobo, untuk menahkodai PKC PMII Jawa Tengah untuk masa khidmat 2014-2017.
15. Kepemimpinan Sahabat Muhamad Sobir (Masa Khidmat 2015-2016)
Pada periode ini, masa khidmat 2015-2016 merupakan periode kepengurusan PMII Kebumen dari hasil Konfercab XIV PMII Kebumen yang dilangsungkan di Ponpes Somagede-Sempor, yang menghasilkan mandataris Konfercab bahwa Sahabat Muhamad Sobir sebagai Ketua, kemudian Sahabat Mizanul Akrom sebagai Sekretaris PMII Kebumen, yang Cabang nya bersekretariat di desa Kembaran.
PMII Kebumen pada masa ini, berupaya dalam membangun suatu pemahaman dan penguatan ideologisasi Aswaja. Diskusi kultural kader di semua level kepengurusan mulai dihidupkan mulai dari Rayon, Komisariat, dan Cabang dengan mengundang Sahabat Cholidy Ibhar selaku Mabincab PMII (salah satu perumus NDP PMII). Di samping itu juga dilaksanakan Sekolah Aswaja untuk level Pengurus Komisariat sebagai bentuk kaderisasi nonformal untuk penguatan ideologisasi Aswaja.
PMII Kebumen pada periode ini (2015-2016), mulai melebarkan sayapnya untuk merekrut anggota PMII di level kampus umum, yaitu kampus STIE Putra Bangsa. Hingga pada akhirnya PMII Kebumen memiliki dua Komisariat, yaitu Komisariat Joko Sangkrip IAINU Kebumen (Agus Suroso sebagai Ketua) dan Komisariat STIE Putra Bangsa (Fikri Chusen Almadini sebagai Ketua). Sebagai bentuk apresiasi atas terbentuknya Komisariat baru STIE Putra Bangsa ini, kemudian acara ceremonial Pelantikan Pengurus Komisariat STIE Putra Bangsa dibarengkan sekaligus dengan Pelantikan Pengurus Cabang PMII Kebumen di Auditorium Kampus IAINU Kebumen.
Dalam berjalannya kepengurusan, PMII Kebumen yang dipimpin oleh Sahabat Sobir, lebih diarahkan pada penataan kaderisasi, baik kaderisasi formal maupun nonformal, serta penataan administrasi. Masa ini juga diarahkan pada penulisan di media cetak maupun elektronik untuk event-event kegiatan yang dijalankan oleh kepengurusan sebagai bentuk sosialisasi gerakan PMII Kebumen. Beberapa kegiatan yang dijalankan kepengurusan adalah pelatihan karya tulis ilmiah, PKD, seminar mahasiswa, seminar ekonomi, simposium, Sekolah Kader Kopri, Safari Ramadhan, dan beberapa agenda-agenda lainnya.
Selain dari hal-hal tersebut di atas, PMII Kebumen pada periode ini melangsungkan berbagai advokasi atau pendampingan melalui berbagai aksi jalanan, seperti aksi bersama kasus Konflik Urut Sewu, carut marut Pasar Sruni, Advokasi kerusakan lingkungan akibat Tambak Udang di Pesisir Selatan, dan aksi bersama lainnya untuk menyuarakan berbagai permasalah, baik permasalahan tentang pendidikan, kebijakan publik dan lain sebagainya.
16. Kepemimpinan Sabahat Agus Suroso (Masa Khidmat 2016-2017)
Dalam sejarah kepemimpinan PMII Kebumen dari satu periode menuju periode selanjutnya tentu mempunyai kontribusi positif terhadap perkembangan PMII Kebumen hingga saat ini. Eksistensi PMII Kebumen tidak lain adalah karena kontribusi dan torehan prestasi dari masa ke masa sehingga menumbuhkan spirit baru bagi setiap generasi dalam menjalankan roda organisasi PMII Kebumen menuju ke arah yang lebih baik.
Di masa kepengurusan sebelumnya hingga masa kepemimpinan Sahabat Sobir, telah bersikeras dengan sekuat tenaga membangun PMII Kebumen dalam iklim yang lebih baik, sehingga penataan kaderisasi dan internal PMII mampu terbaca dan terkonsep sedemikian apik. Dengan bekal dan modal inilah sehingga kepengurusan selanjutnya tinggal meneruskan dan membangun jejaring baru untuk menorehkan eksistensi dan prestasi PMII Kebumen pada level regional hingga nasional. Itulah agenda besar yang harus kami jalani agar PMII Kebumen bisa tetap eksis.
Berawal dari Konfercab XV PMII Kebumen yang berlangsung selama 2 hari, mulai dari 31 Januari-1 Februari 2016, di Pondok Pesantren Al-Hasani-Kebumen, masa kepemimpinan Sahabat Sobir berakhir dan diteruskan oleh kepengurusan baru, di mana dalam hasil Konfercab XV ini menghasilkan keputusan bahwa Sahabat Agus Suroso terpilih sebagai Ketua PMII Kebumen untuk masa khidmat 2016-2017.
Konsolidasi struktur menjadi agenda awal dalam perumusan dan pembentukan struktural PMII Cabang Kebumen masa kepemimpinan Sahabat Agus, yang pada akhirnya pada bulan Maret 2016 SK Kepengurusan dari PB PMII dapat diterima dan dilangsungkan agenda ceremonial pelantikan PC PMII Kebumen masa khidmat 2016-2017, yang berlangsung di Pendopo Bupati Kabupaten.
Suatu acara pelantikan yang bisa dikatakan meriah dan menarik perhatian banyak kalangan, baik Birokrasi Kabupaten, Siswa-Siswi SMA/ SMK, perwakilan dari santri pondok pesantren dan mahasiswa BEM kampus di Kabupaten Kebumen sebagai tamu undangan untuk mengikuti agenda pelantikan tersebut. Acara pelantikan juga dimeriahkan dengan musik tradisional yang dikolaborasikan dengan musik modern untuk menyayikan lagu-lagu perjuangan PMII dengan arasment musik yang cukup memukau para hadirin tamu undangan juga para Alumni yang hadir acara pelantikan tersebut.
Sebagai agenda perdana, PMII masa kepengurusan Sahabat Agus ini yang telah terkonsep dalam program kerja adalah melangsungkan agenda MAPABA Kampus baru, yaitu kampus UMNU Kebumen untuk membuka Komisariat Baru di dalamnya. Komisariat baru yang menjadi program kerja utama dapat terealisasi dengan baik, sehingga PMII Kebumen hingga pada periode ini telah memiliki 3 (tiga) Komisariat, yaitu Komisatriat IAINU Kebumen, Komisariat STIE Putra Bangsa, dan Komisariat UMNU Kebumen.
Selanjutnya, program kerja yang dilaksanakan adalah PKD untuk Pengurus Komisariat yang belum mengikuti PKD. Namun di luar dugaan awal, di mana agenda PKD yang dilangsungkan tersebut malah mendapatkan apresiasi yang luar biasa, karena peserta yang hadir merepresentasikan 10 Cabang dari PMII Jawa Tengah. Selain agenda PKD juga pelatihan Trainig of Instruktur (TOI).
Selain kaderisasi formal di tubuh PMII Kebumen, masa kepemimpinan Sahabat Agus juga telah melakukan advokasi dan aksi kritik konstruktif terhadap pemerintah, baik pemerintah tingkat kabupaten hingga nasional. Aspirasi tersebut disuarakan baik dalam bentuk tulisan media massa maupun aspirasi yang disuarakan berhadapan langsung dengan para penguasa melalui gerakan masa jalanan.
PMII Kebumen masa kepemimpinan Sahabat Agus, berkomitmen untuk membangun PMII Kebumen pada penguatan kaderisasi dan distribusi kader, advokasi, penguatan jaringan antar Cabang, jaringan politik daerah, penataan administrasi, serta doktrin ideologisasi bagi kader.
17. Kepemimpinan Sahabat Solikhan (Masa Khidmat 2017-2018)
Hasil Kofercab XVI di ruang pertemuan gedung PCNU Kebumen menghasilkan keputusan pada tanggal 13 Juni 2017 pukul 03.00 WIB terpilihnya sahabat Solikhan. Sempat menjadi pembahasan terkait pencalonan sahabat Solikhan yang notabene bukan asli warga Kebumen. Namun pada akhirnya dengan berbagai pertimbangan diloloskan sebagai bursa calon ketua cabang PMII Kebumen. Dalam penyampaian visi misi, disampaikan untuk masa kepemimpinan satu tahun ke depan akan melakukan beberapa pembenahan, antara lain yaitu:
a. Pembenahan sistem kaderisasi yang notabene ada 3 kampus dengan basic yang berbeda;
b. Pembenahan wacana keilmuan yang relevan dengan kebutuhan zaman;
c. Membangun integritas PMII di lokal Kebumen dengan tetap menggunakan nalar Kritis Transformatif sebagai pijakan; dan
d. Menyiapkan kader-kader yang berpotensi dengan bekal nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama'ah.
Harapanya pasca berproses di PMII kader tidak gagap dengan realita masyarakat dan mampu beradaptasi dengan mudah serta memberikan kontribusi bagi masyarakat. Tantangan ke depan lebih riil dengan adanya konstelasi politik internasional yang dampaknya sampai masyarakat bawah harus disikapi oleh kader-kader PMII. Sebagai Mahasiswa yang dikenal sebagai agen of change, agen of control social dan Iron Stock harus tetap membawa karakter tersebut. Jiwa aktivis harus tetap hidup dalam diri setiap kader.
18. Kepemimpinan Sahabat Muhammad Dzikrulloh (Masa Khidmat 2018-2019)
19. Kepemimpinan Sahabat Imam Nur Hidayat (Masa Khidmat 2019-2021)
[1] Humaidy Abdussami, Melacak Khittah PMII, dalam Muhammad Fajrul Falaakh, Bunga Rampai; Citra Diri PMII, Cet. I, (Yogyakarta: Yayasan Patria Nusantara, 1988), hlm. 16-17. Tulisan dari Humaidy Abdussami ini, dimuat dalam harian Pelita, 13 Mei 1985. Penulis adalah aktiv di PMII Yogyakarta pada masanya.