Pengantar
Secara
kodrati bahwa manusia adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial. Sebagai
makhluk individu, manusia memiliki seperangkat unsur baik unsur jasmani-ruhani,
fisik dan psikis serta unsur jiwa dan raga. Sebagai makhluk sosial bahwa
manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Karena itulah sehingga
manusia dengan sendirinya berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain. Sebab
manusia tidak akan bisa hidup dengan baik jikalau tidak hidup ditengah-tengah masyarakat.
Selama
masa hidupnya, manusia lebih banyak berada dalam keadaan saling mempengaruhi
antara satu dengan lainnya dari pada hidup menyendiri. Hampir sebagian besar
tujuan manusia dapat terpenuhi dengan baik apabila manusia tersebut berhubungan
dengan manusia lain. Sebab, setiap manusia memiliki keterbatasan dan kekurangan
dalam dirinya, sehingga ia akan cenderung hidup berkumpul atau berkelompok.
Organisasi
adalah sebagai wadah atau tempat dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama
secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisir, terpimpin dan
terkendali dalam memanfaatkan sumberdaya, sarana-prasarana, data dan lainnya
yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Intinya bahwa organisasi adalah suatu kumpulan dari beberapa orang yang memiliki
visi dan misi yang sama untuk mencapai kepentingan dan tujuan bersama.
Organisasi
merupakan sesuatu hal yang tidak bisa dipisahkan dengan mahasiswa yang menimba ilmu
di kampus. Perlu disadari bahwa untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri
setiap mahasiswa sangat sulit bisa berkembang dengan baik jika tidak ada wadah
atau medium untuk mengaktualisasikannya. Organisasi kemahasiswaan adalah
salah satu medium mahasiswa dalam mengaktualisasikan bakat, minat dan
potensi yang ada dalam dirinya. Maka dari itu, organisasi menjadi sangat
penting untuk diikuti oleh setiap mahasiswa. Sebab, kehidupan kampus bukan
hanya diisi dengan kuliah dikelas saja, namun juga dapat diisi lewat belajar diorganisasi.
Namun
dewasa ini, kesadaran dan minat berorganisasi mahasiswa sangat minim yang
tidak lain karena tidak pahamnya mahasiswa tentang hakikat dan jati dirinya
sebagai kaum intelektual, iron stock, agent of change, agent
control social dan agen-agen lainnya, sehingga yang ada hari ini adalah mahasiswa
yang hedonis, konsumeris, individualis serta terpasung hakikat dan jati dirinya
dalam dunia kampus yang semu dan irasional yang hanya duduk dikelas,
mendengarkan dosen ceramah, mencatat apa yang dijelaskan dan sebagainya.
Padahal, mahasiswa hari ini merupakan harapan terbesar masyarakat sebagai
penyambung lidah rakyat, terutama sebagai perubahan di masyarakat. Sebagai salah
satu potensi, mahasiswa sebagai bagian dari kaum muda dalam tatanan masyarakat
yang mau tidak mau pasti terlibat langsung dalam tiap-tiap fenomena sosial yang
harus mampu mengimplementasikan kemampuan keilmuannya dalam akselerasi
perubahan keumatan menuju kearah keberadaban.
Sekali
lagi, peran mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat sosial sangat ditunggu.
Diharapkan bahwa mahasiswa hari ini harus mampu memainkan peran yang strategis.
Kesatuan visi, tekad, dan perjuangan untuk kepentingan masyarakat secara luas
menjadi pondasi utama peran tersebut, baik untuk saat ini ataupun nanti. Namun
untuk mewujudakan hal tersebut—sekali lagi—perlu pemetaan, perumusan dan
penelaahan metode penerapan fungsi mahasiswa dalam kancah epistemologi keumatan
tersebut. Dan organisasi kemahasiswaan sebagai salah satu wadah untuk
mengimplementasikan semua keilmuwan dan potensi mahasiswa dalam perjuangannya
menuju akselerasi perubahan di masyarakat serta terjaminnya sebuah tatanan
kenegaraan yang adil dan demokratis.
Pengertian,
Manajemen dan Struktur Organisasi
Menurut
Mesiono, dikatakan sebuah organisasi jika didalamnya terdapat aktivitas atau
kegiatan yang dikerjakan secara bersama-sama dan untuk mencapai tujuan bersama
serta dilakukan oleh dua orang atau lebih dan bukan satu orang. Karena
jika kegiatan tersebut dilakukan oleh satu orang, maka bukan dikatakan sebagai
organisasi.[1] Dari penjelasan
tersebut bahwa organisasi harus memiliki tujuan yang jelas, dan tujuan tersebut
diarahkan untuk mencapai tujuan bersama serta dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam menjalankan aktivitas organisasi.
Organisasi
dalam bahasa Yunani berasal dari kata ‘organon’ yang berarti alat.
Menurut James D. Mooney, organisasi adalah setiap bentuk kerja sama manusia
untuk mencapai tujuan bersama. Kemudian Ralp Currier Davis, berpendapat bahwa
organisasi adalah suatu kelompok orang-orang yang sedang bekerja kearah tujuan
bersama dibawah satu kepemimpinan. Sedangkan Herbert A. Simon mengatakan bahwa
organisasi adalah suatu rencana mengenai usaha kerjasama yang mana tiap peserta
mempunyai peranan yang diakui dan kewajiban-kewajiban atau tugas-tugas untuk dilaksanakan.[2]
Dari
beberapa pengertian tentang organisasi tersebut, secara umum organisasi dapat
dipahami sebagai sekelompok orang yang secara formal dipersatukan dalam suatu
kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga organisasi itu
didalamnya mencakup beberapa unsur didalamnya, yakni adanya anggota, kerjasama,
tujuan bersama, peralatan, lingkungan, kekayaan alam, pekerjaan,
praktik-praktik pengelolaan, struktur dan pedoman organisasi.
Menurut Maringan (2004) yang dikutip oleh Mesiono bahwa pengertian organisasi
dibedakan kedalam dua macam. Pertama, organisasi sebagai alat dari
manajemen. Artinya bahwa organisasi sebagai wadah atau tempat manajemen
sehingga memberikan bentuk manajemen yang memungkinkan manajemen bergerak atau
dapat dikaitkan. Kedua, organisasi sebagai fungsi manajemen. Artinya organisasi
dalam arti dinamis (bergerak), yaitu organisasi yang memberikan kemungkinan
tempat manajemen dapat bergerak dalam batas-batas tertentu. Dinamis berarti
organisasi tersebut bergerak mengadakan pembagian pekerjaan. Misalnya pimpinan
ditempatkan pada bagian yang strategis.[3]
Oleh
sebab itu, manajemen dan organisasi memiliki hubungan sangat erat. Karena
manajemen berati kepemimpinan, sedangkan dalam organisasi juga terdapat
kepemimpinan. Dengan demikian maka untuk menyusun organisasi yang baik serta
dapat mencapai tujuan yang diharapkan diperlukan manajemen yang baik pula. Pada
dasarnya manajemen tidak dapat dipandang sebagai proses teknis secara ketat,
seperti peranan, prosedur, prinsip dan lainnya, namun ketrampilan dalam
mengatur tata kerja yang sesuai dengan tujuan, sehingga tujuan organisasi dapat
tercapai dengan baik dan maksimal.
Sedangkan
hubungan dari manajemen, organisasi dan tata kerja adalah hubungan organisasi
secara keseluruhan. Artinya bahwa keseluruhan dalam organisasi sangat
memerlukan manajemen yang baik untuk mengatur sistem tata kerja sebuah
organisasi. Sehingga organisasi itu dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
harapan dan tujuan yang telah ditetakan.
Selanjutnya,
merujuk pada hubungan-hubungan dan tugas yang dilaksanakan oleh anggota-anggota
organisasi, maka yang dimaksud dengan struktur organisasi adalah susunan,
komponen-komponen atau unit kerja dalam suatu organisasi. Sehingga struktur
organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan bagaimana fungsi-fungsi atau
kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda untuk diintegrasikan (koordinasi). Selain
dari pada itu bahwa struktur organisasi juga menunjukkan
spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.
Struktur
organisasi sangat penting untuk dapat dipahami oleh semua komponen dalam rangka
menciptakan sistem kerja yang efektif dan efisien. Maka dari itu, dapat
dipahami disini bahwa struktur organisasi merupakan deskripsi bagaimana
organisasi membagi pekerjaan dan melaksanakan tugas atau pekerjaannya dalam
rangka mencapai tujuan organisasi. Disamping hal tesebut, struktur organisasi
juga mengatur siapa yang melaksanakan tugas dan pekerjaan itu. Selain membagi
dan mengatur tugas dan pekerjaan yang diemban oleh organisasi, struktur
organisasi juga menggambarkan hubungan organisasi secara internal maupun secara
eksternal.
Mahasiswa dan
Organisasi
Mahasiswa
sebagai sosok yang dapat berfikir kritis, realistis dan dialektis. Bahkan juga
tak jarang mahasiswa sering dijuluki sebagai kaum yang berfikir radikal dan
revolusioner. Itulah beberapa pandangan dan predikat yang disandang mahasiswa
dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Memang mahasiswa secara status
menyandang nilai lebih dari pemuda lainnya yang tidak lain karena kemampuannya
dalam berfikir secara metodis. Berfikir metodis maksudnya bahwa mahasiswa mampu
menangkap, menganalisis dan mensintesakan setiap perubahan dan dinamika kehidupan
yang berkembang dan terjadi dalam masyarakat, baik menyangkut kehidupan
politik, sosial, ekonomi, hak asasi maupun permasalahan-permasalan lain yang
mengharuskan mahasiswa untuk menyikapai dan menyuarakan pemikirannya.
Dalam
mensikapai dan menyuarakan pemikiran tersebut, tentu saja bagi mahasiswa
diperlukan tempat atau wadah sebagai alat untuk menyalurkan
aspirasi-aspirasinya. Wadah tersebut salah satunya adalah organisasi
kemahasiswaan. Organisasi kemahasiswaan tersebut, dapat berupa organisasi intra
maupun organisasi ekstra kampus. Organisasi intra kampus dapat dicontohkan
seperti Senat Mahasiswa (SEMA), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Unit Kegiatan
Mahasiswa dan lainnya. Sedangkan organisasi ekstra kampus seperti PMII, GMNI,
PMKRI dan sejenisnya. Dari berbagai macam organisasi—baik intra maupun ekstra
kampus—mempunyai kegiatan yang berbeda-beda serta dasar organisasi yang
berlainan pula. Dari berbagai macam dan varian organisasi tersebut, mahasiswa dapat
mencari tahu dengan beradaptasi dan berinteraksi secara langsung mana
organisasi yang benarbenar sesuai dengan latar belakang minat dan bakat
masing-masing, sehingga dalam berorganisasi benar-benar maksimal dan tidak
setengah-setengah.
Mahasiswa
yang aktif di organisasi kemahasiswaan biasanya disebut sebagai aktivis. Jadi
mahasiswa
aktivis adalah mahasiswa yang memiliki kepedulian terhadap perkembangan yang terjadi
didalam maupun diluar kampus, sehingga mampu mewarnai dinamika kehidupan mahasiswa
dikampus. Cukup banyak bukti dan kontribusi mahasiswa melalui organisasi
kemahasiswaannya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai
dengan disiplin ilmunya masing-masing. Dengan berkiprah sebagai aktivis
diorganisasi kampus, mahasiswa dapat menjadi motivator, mediator, dan
akselerator dalam menyikapi perubahan dan perkembangan yang terjadi ditengan masyarakat,
baik menyangkut masalah sosial, ekonomi, maupun masalah politik.
Bila
diamati dengan jeli kemudian dikorelasikan dengan aktivitas mahasiswa dikampus,
terdapat dua jenis sosok mahasiswa. Pertama, sosok mahaiswa yang apatis
terhadap kegiatan organisasi kemahasiswaan. Kedua, sosok mahasiswa aktif
diorganisasi kemahasiswaan yang biasanya disebut aktivis. Walaupun kuliah dalam
satu program studi atau satu jurusan, ternyata dua sosok mahasiswa ini (Mahasiswa
aktivis dan apatis) sangat jelas terlihat perbedaannya dalam mewarnai dinamika kehidupan
kampus.
Mahasiswa
apatis tentu saja merupakan mahasiswa yang hanya memikirkan aktifitas
perkuliahan saja. Segala sesuatunya diukur dengan pencapaian kredit mata kuliah
dan indeks prestasi yang tinggi, serta berupaya menyelesaikan kuliah dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya. Namun biasanya sosok mahasiswa seperti ini justru
akan mengalami kelemahan dan masalah dalam hal sosialisasi diri dengan lingkungannya,
sesama mahasiswa dan masyarakat yang dampak negatifnya bisa saja dirasakan
ketika sudah menjadi sarjana dan siap terjun ke masyarakat dalam memasuki dunia
kerja. Tipologi mahasiswa ini lebih pada sikap pragmatis yang dimilikinya,
yaitu kuliah secepatnya, lulus jadi sarjana dan siap kerja. Padahal dunia kerja
dalam realitasnya tidak hanya sekedar menuntut kualitas kesarjanaannya, tapi
juga menuntut kualitas sosialisasi. Apalagi dunia kerja yang menuntut kejasama dan
interaksi yang lebih intens serta menguatkan kemampuan logika berbahasa.
Sarjana yang hanya sekedar mengandalkan logika dunia akademik dan keilmuannya
tentu akan tersisih.
Sedangkan
mahasiswa aktivis adalah mahasiwa yang disamping menekuni aktivitas perkuliahan
tapi juga menyempatkan untuk mengikuti aktivitas organisasi kemahasiswaan.
Keaktifan diorganisasi biasanya dilandasi oleh bakat, hoby, tuntutan sosial
atau bisa jadi karena pelarian dari aktivitas perkuliahan yang kadang
dianggapnya menjenuhkan dan membosankan. Bila dilihat dari kemampuan berorgaisasi
dan kepemimpinan serta sosialisasi tertentu akan sangat berbeda dengan
mahasiswa apatis. Pengalaman dalam mengungkapkan realita dan bermain logika
dalam berbahasa semakin mematangkan diri sebagai sosok mahasiswa. Apalagi bila
dikaitkan dengan fungsi lain dari kampus sebagai agen perubahan (agent of
change), maka peran para mahasiswa aktivis ini tidak dapat dilihat sebelah
mata. Sebab, mereka selalu menjadi motor penggerak dalam menyuarakan aspirasi
masyakat dalam menyikapi tuntutan-tuntutan kritis masyarakat dan permasalahan
sosial, ekonomi dan politik lainnya.
Organisasi,
Mahasiswa dan Tanggungjawa Sosial
Mahasiswa
adalah orang yang belajar disekolah tingkat perguruan tinggi untuk
mempersiapkan dirinya bagi suatu keahlian tingkat sarjana. Mahasiswa adalah
penggerak suatu bangsa yang menjadi agen pengubah keadaan bangsanya. Mahasiswa
diharapkan menjadi figur yang penting dan berguna bagi masyarakat. Dengan
demikian maka sejatinya bahwa mahasiswa mempunyai peran ganda (double),
pertama sebagai kaum terpelajar, dan kedua sebagai anggota dari masyakat.
Dengan keadaan tersebut, sehingga dengan sendirinya tanggungjawab mahasiswa
juga menjadi lebih besar, karena memainkan dua peran sekaligus.
Meskipun
tanggungjawab juga diharuskan dimiliki oleh setiap orang, namun mahasiswa
memiliki tanggungjawab lebih besar. Karena mahasiswa menyandang sebagai kaum
akademis-intelektual serta memiliki banyak kesempatan dan akses untuk
mengembangkan dirinya menjadi lebih baik jika dibandingkan dengan masyarakat
lain diluar mahasiswa atau masyarakat biasa. Salah satu jenis tanggungjawab
yang harus dimiliki mahasiswa adalah tanggungjawab sosial. Segala macam
persoalan sosial dimasyarakat bukan hanya tenggungjawab pemerintah, tetapi juga
kaum terpelajar khususnya mahasiswa. Kaum terpelajar diharapkan memiliki solusi
nyata untuk penyelesaian masalah sosial yang terjadi dimasyarakat. Mahasiswa
memiliki kemampuan yang dapat digunakan sebagai agen perubahan sosial (agent
social change).
Berbagai
peran sosial yang dilakukan mahasiswa tidak luput sebagai bentuk peran politik
aktif mereka terhadap keadaan bangsa. Hal ini dapat dilihat bagaimana peran
aktif mahasiswa mulai dari era sebelum kemerdekaan hingga saat ini. Idealisme
dan totalitas selalu dimunculkan dalam setiap aksinya. Sehingga Ir. Soekarno
pernah berkata: “Berikan aku sepuluh pemuda maka akan ku guncangkan
dunia”. Bergitu dahsyatnya semangat yang ada dalam diri mahasiswa sehingga
mereka dapat membuat perubahan hebat dalam sejarah manusia. Sebagaimana yang
kita ketahui dalam sejarah bangsa ini, mahasiswa dan pelajar telah mengukir
perjuangan emas dalam mewujudkan kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan
tersebut.
Lembar
demi lembar perjuangan telah diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Keadaan bangsa yang sekarang ini merupakan warisan generasi 20
tahun yang lampau. Citra kejayaan dan keterpurukan bangsa bersatu dalam sebuah
drama reformasi yang kita redup dan membawa kita kembali kemasa-masa yang telah
berlalu. Peran mahasiswa di zaman sekarang bukanlah lagi mencapai kemerdekaan
ataupun mengangkat senjata untuk menyerbu benteng lawan. Peran riil mahasiswa
saat ini adalah dapat berpartisipasi aktif dalam mewujudkan kestabilan dan
kemantapan nasional. Hal ini tentunya harus dimulai dari masyarakat terlebih
dahulu. Membenahi sistem yang kacau, membangun kembali pondasi demokrasi yang ternodai
oleh KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) hingga menyelamatkan aset-aset bangsa
yang digandrungi para penghianat bangsa.
Peran
sosial yang nyata ini dapat dilihat dari peran serta mahasiswa dalam
masyarakat. Selain status mereka sebagai civitas akademika, mahasiswa juga
turut merespons keberadaan masyarakat disekitarnya. Melalui
organisasi-organisasi kampus dan kemahasiswaan, mahasiswa membantu masyarakat
menyelesaikan perkara sosial yang ada dalam masyarakat. Peran sosial ini dapat
berupa melakukan kegiatan bakti sosial untuk desa-desa yang tertimpa musibah
bencana alam. Mahasiswa dengan semangatnya mengumpulkan bantuan melalui
posko-posko, turun kejalan meminta sumbangan dari pengendara kendaraan
bermotor, bahkan ada yang rela memberikan barang berharga demi mendapatkan
biaya untuk membenahi kerusakan yang terjadi akibat bencana alam. Contoh lain
dapat kita lihat saat ada kerisihan dalam hati mereka melihat ketidakberdayaan
masyarakat miskin, mahasiswa memberikan bantuan berupa motivasi dan bantuan dana
untuk meringankan beban mereka.
Peran
sosial dalam diri mahasiswa tidak terlepas bahwa diri mereka merupakan homo
social. Mahasiswa menjalankan peran sosial dan peran politiknya secara
bersamaan dalam realitas kehidupan bangsa ini. Mahasiswa sekarang dihadapkan
pada kenyataan tentang potret buruk bangsa ini dan masalah internal yang
menerpa mereka, yaitu apatisme (mahasiswa apatis). Peran krusial mahasiswa sebagai
agent social, akan hancur sia-sia jika mereka terjerumus dalam keadaan
yang demikian. Harusnya mahasiswa memainkan lakon yang harus berhadapan dengan
sutradara politik di negeri ini. Sebab, masalah sosial yang muncul merupakan
imbas permainan politikus busuk yang menyuburkan korupsi di negeri ini. Maka
dari itu bahwa harapan besar ada pada pundak mahasiswa, merekalah yang akan
mewarisi perjuangan generasi terdahulu melawan ketidakadilan dan opera sabun
yang bermunculan akhir-akhir ini. Entah direkayasa ataukah memang proses alam
akibat kesalahan dimasa lampau.
Apapun
yang terjadi selanjutnya, mahasiswa tetaplah dengan idealismenya. Masalah
terbesar dalam diri mahasiswa adalah apatisme yang dapat melunturkan peran
mahasiswa dalam membela panji keadilan dan pemberantasan korupsi. Harapan besar
ini tidak lain hanyalah terwujudnya pemerintah yang bersih dari Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme. Mesyarakatpun menggantungkan harapannya kepada seluruh mahasiswa
untuk dapat menganyam kembali tali moral bangsa ini yang telah rusak. Peran sosial
dan politik mahasiswa diharapkan selalu muncul disaat yang tepat untuk membela
kepentingan rakyat dan melengserkan gugusan aparat keji berdasi.
Sesungguhnya
mahasiswa diciptakan untuk membangun kembali bangsa ini yang telah jauh terjatuh,
perlahan namun pasti jelas akan tiba masa mahasiswa membawa keadilan yang
merata untuk segenap rakyat Indonesia. Peran dijalankan dengan penuh
tanggungjawab untuk mewujudkan Indonesia yang dicita-citakan oleh kita semua.
Indonesia dan rakyat sejahtera.
Penutup
Bagi mahasiswa—mahasiswa
baru khususnya—dalam memasuki dunia kampus harus sudah memiliki gambaran
bagaimana harus bersikap dan bertindak. Dan pastilah diharapkan menjadi mahasiswa
yang ideal, yakni mahasiswa yang memiliki kemampuan intelektual sesuai dengan
bidang keilmuan yang dipilih dengan tanggungjawab. Disamping itu juga memiliki
kemampuan dalam berorganisasi dan bersosialisasi dengan lingkungan serta peka
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Sehingga ketika
lulus tidak hanya menjadi sarjana yang hanya pintar dalam keilmuannya, tapi
juga mampu bersosialisasi dan berorganisasi dengan baik.
*Makalah
disampaikan dalam acara Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK) IAINU
Kebumen pada hari Jum’at, 2 September 2016 di
Auditorium IAINU Kebumen.
Referensi:
Mesiono. (2010). Manajemen dan
Organisasi. Bandung: Citapustaka Media Perintis.
Nasrul Syakur Chaniago. (2011). Manajemen
Organisasi. Bandung: Citapustaka Media Perintis.
[1] Mesiono, Manajemen dan
Organisasi, Cet I, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010), hal. 39.
[2] Nasrul Syakur
Chaniago, Manajemen Organisasi, Cet. I, (Bandung: Citapustaka Media
Perintis, 2011), hal. 18-19.
[3]
Mesiono, Loc. Cit.
0 comments: