Kadang kita bertanya-tanya tentang apa
makna sesungguhnya dari intelektualisme itu sendiri, dan apakah setiap
kelompok, komunitas, atau pribadi seseorang yang berperan dalam berbagai
aktivitas intelektual dikategorikan sebagai sosok intelektual?
Tentu pertanyaan ini selalu menghantui
kita, dan menjadi pertanyaan berat untuk dijawab, karena terlalu sulitnya
menuai jawaban pasti akan makna ini. Tapi, perlu dipahami secara mendalam dan
filosofis bahwa intelektual selalu berada dan bersanding dengan kebenaran.
Karena, sekian banyak metode untuk mencari kebenaran, salah satunya adalah
diperkuat dengan adanya obsesi intelektualisme.
Memang, yang dimaksud intelektualisme
di sini tidak selamanya berhubungan dengan pendidikan tinggi, seperti juga apa
yang pernah dikemukakan Antonio Gramsci dalam Selection Prison Notebook.
Namun, obsesi intelektualitas adalah obsesi untuk secara lebih cerdas dan
berpandangan lebih tajam dalam mencandra realitas sosial yang terjadi.
Di sinilah apa yang pernah dikemukakan
Antonio Gramsci sebagai 'intelektual organik' menemukan relevansinya. Karena,
intelektualisme lebih mencerminkan sikap yang ingin maju, dan bukan formalitas
pendidikan akademis. Dengan begitu, seorang akademisi pun belum tentu ia
intelektual, pun demikian seorang intelektual belum tentu seorang akademisi.
Intelektual, menurut Gramsci, justru merupakan gelar yang bisa disandangkan
pada semua orang; semua orang adalah intelektual. Hanya, apakah setiap orang
memerankan fungsi intelektual atau tidak, itulah yang menentukan apakah dia
merupakan intelektual organik atau tradisional.
Karenanya, obsesi intelektualisme
tidak lain merupakan hakikat naluriah manusia, yakni keinginan untuk maju dan
progresif, menatap hari depan yang lebih baik lagi. Jadi, pribadi seseorang
dapat dikatakan sebagai sosok intelektual adalah sosok seorang intelektual yang
mampu memahami realitas sosial di sekitarnya untuk menjadi, bukan menara gading
bagi masyarakat sekitarnya, namun justru sebagai agen of change yang
berdiri di avant garde
setiap sendi masyarakat. Sedangkan simpul intelektualisme adalah keinginan
untuk berfikir lebih analitis, dan berfikir secara bebas dalam ruang yang
terbuka di setiap lorong kebudayaan yang tumbuh di masyarakat.[]