Pertikaian antara agama dan ilmu
pengetahuan (sains) hari ini, mengalami dramatisasi yang luar biasa. Ilmu
pengetahuan yang bertumpu pada akal dan rasionalitas manusia telah menjelma
pada cipta peradaban yang mengagumkan, seperti teknologi-komunikasi yang sangat
canggih dan mencengangkan. Sebaliknya, agama yang merupakan nilai etik-moral
manusia lebih dipahami dalam kerangka ketauhidan yang bertumpu pada taklid buta atas kehendak Tuhan yang serba memutuskan kehendak hidup manusia. Sikap ambivalensi atau split of
personality manusia ini, terjerambab atas kenyataan dalam menghadapi
pandemi coronavirus yang melanda dihampir seluruh nation state di belahan
dunia.
Terbatasnya nalar ilmiah umat beragama (Islam) dalam memahami fenomena alam, berakibat pada respon kaum agamawan yang cenderung irasional atau bertentangan dengan akal dan ilmu pengetahuan. Di satu sisi, para ilmuwan dalam menghadapi Corona Virus Disease (Covid-19) lebih menggunakan pendekatan dengan penelitian ilmiah-medis, sehingga ia ditantang secara serius untuk menemukan vaksin ampuh penangkal virus, agar virus ini lenyap dari muka bumi. Sebaliknya, sebagian pemuka agama lebih menyikapi Covid-19 dengan doktrin fatalisme beragama dengan narasi bahwa "takdir kematian seseorang itu sudah ditentukan Tuhan, dan tidak perlu takut kepada corona karena yang harus ditakuti hanyalah Tuhan Yang Maha Kuasa". Edan po?
Terbatasnya nalar ilmiah umat beragama (Islam) dalam memahami fenomena alam, berakibat pada respon kaum agamawan yang cenderung irasional atau bertentangan dengan akal dan ilmu pengetahuan. Di satu sisi, para ilmuwan dalam menghadapi Corona Virus Disease (Covid-19) lebih menggunakan pendekatan dengan penelitian ilmiah-medis, sehingga ia ditantang secara serius untuk menemukan vaksin ampuh penangkal virus, agar virus ini lenyap dari muka bumi. Sebaliknya, sebagian pemuka agama lebih menyikapi Covid-19 dengan doktrin fatalisme beragama dengan narasi bahwa "takdir kematian seseorang itu sudah ditentukan Tuhan, dan tidak perlu takut kepada corona karena yang harus ditakuti hanyalah Tuhan Yang Maha Kuasa". Edan po?
Bayangkan saja, di hari-hari penuh
kegentingan dalam upaya pencegahan terhadap penyebaran Covid-19 seperti sekarang ini, masih ada saja pernyatan doktrin agama yang 'koplak' dengan
menolak ajakan untuk menjauh sejenak dari tempat-tempat kerumunan, yang karena
memang secara medis, virus ini menular lewat kerumunan dan kontak langsung
dengan si penderita.
Rupanya, di tengah gegap gempita
perubahan dunia yang begitu cepat, ternyata masih saja ada manusia-manusia yang
memilih tinggal di belakang sana, tak bergeming dengan kemajuan dan sains, dan
abai terhadap bahaya pandemi corona. Mereka hidup bermodalkan klenik, dogma dan
mitos dari ratusan bahkan ribuan tahun lalu.
Pandemi coronavirus, semestinya disikapi
secara bijak-rasional oleh para kaum agamawan. Orang-orang beragama hari ini dituntut untuk
menyelaraskan antara keimanan dan rasionalitas akalnya dalam menyikapi
permasalahan kehidupan. Konkretnya, sikap bijak-rasional beragama
diperlihatkan dengan menaati prosedur kesehatan yang ditetapkan oleh ahli
kesehatan untuk penanggulangan pandemi coronavirus, sekaligus menyertainya
dengan kesungguhan berdoa kepada Tuhan agar sesegera mungkin menghentikan
musibah ini.
Kebijakan pemerintah terkait penanggulangan Covid-19 juga harus dipatuhi. Di samping itu, berlakulah bijak dalam bermedia sosial dengan tidak menyebarkan fake news (berita bohong) dan berita yang sifatnya menakut-nakuti, dan yang paling penting adalah menjaga diri dan keluarga kita dengan pola hidup sehat, serta menghindari bepergian di tempat umum dan menghindari kerumunan untuk membantu memutuskan rantai penyebaran virus ini.[]
Kebijakan pemerintah terkait penanggulangan Covid-19 juga harus dipatuhi. Di samping itu, berlakulah bijak dalam bermedia sosial dengan tidak menyebarkan fake news (berita bohong) dan berita yang sifatnya menakut-nakuti, dan yang paling penting adalah menjaga diri dan keluarga kita dengan pola hidup sehat, serta menghindari bepergian di tempat umum dan menghindari kerumunan untuk membantu memutuskan rantai penyebaran virus ini.[]