Islam yang
didengungkan dan digaungkan PMII ialah Islam rahmatan lil 'alamin, Islam yang ‘ramah’ bukan
Islam yang ‘marah’. Itulah realitanya, dengan instrumen Islam ramah dan
rahmatan lil ‘alamin tersebut, sehingga menjadikan wajah Islam begitu kaya,
beragam, inklusif, dan variatif. Karena memang dalam sejarah kelahirannya,
Islam bukanlah entitas yang tunggal, namun sebagai sunnatullah yang
beragam.
Dalam konteks dunia
yang sedemikian majunya dengan pluralitas budaya dan pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi-informasi, semangat Islam pun tetap menyala dan
menjelma menjadi semangat gerakan, baik gerakan pemikiran maupun transformasi
sosial.
Islam
yang hadir di tengah-tengah peradaban Quraisy, benar-benar memiliki cita-cita
dan semangat mulia, salah satunya semangat 'pembebasan', yakni membebaskan
manusia dari kebodohan, ketidakadilan, dan kungkungan kekuasaan yang menindas.
Semangat pembebasan tersebut tidak hanya bagi manusia atau masyarakat Jazirah
Arab an sich, namun juga bagi manusia dan masyarakat bangsa di seluruh
dunia.
Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia (PMII), atau Indonesian
Moslem Student Movement merupakan organisasi kemahasiswaan, keislaman, dan
keindonesiaan yang benar-benar memiliki cita-cita mulia. Sebagai salah satu
eksponen dan pembaharu bangsa yang mengemban misi intelektual yang berkewajiban
dan bertanggungjawab mengemban komitmen keislaman dan keindonesiaan demi
meningkatkan harkat dan martabat umat manusia, membebaskan bangsa Indonesia
dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan baik spiritual dan material
dalam segala bentuk.
Dalam mengemban
tanggungjawab komitmen tersebut, sehingga dalam setiap tahunnya PMII merefresh diri
dengan melangsungan kaderisasi (rekrutmen kader) dengan tujuan agar semangat
gerakan, cita-cita, perjungan, dan ideologisasi PMII selalu hidup dan berlangsung
dari generasi kegenerasi. Lebih dari itu, selain sebagai penerus mata rantai
pengetahuan PMII juga secara intens tidak saja melakukan kajian dan penelitian
atas berbagai pemikiran keagamaan, filsafat, dan teori-teori sosial lainnya,
namun juga terjun langsung untuk melakukan pendampingan, advokasi dan dalam
urusan tertentu melangsungkan aksi sosialnya dalam menyalurkan aspirasi
dihadapan penguasa.
Perlu diketahui juga bahwa
founding fathers PMII mendirikan PMII tidak dengan ruang kosong dan
terpisah dari realitas sejarah. Mereka telah memberikan landasan ideal dan
paradigmatik apa, dan bagaimana sebenarnya PMII itu, serta model gerakan
seperti apa yang hendak dilahirkan PMII. Dalam
perjalanannya, di
era 1990-an PMII dinilai oleh banyak kalangan sebagai organisasi mahasiswa yang
paling dinamis, liberal, dan berani. Karena PMII sebagai motor penggerak utama
yang anti kemapanan, pejuang demokrasi dan pembela ‘wong cilik’. Selain daripada
itu, kader-kader PMII adalah mahasiswa yang 'gila wacana', karena mereka sangat lahap mengkonsumsi berbagai
varian-varian pemikiran, mulai dari pemikir Kiri Islam seperti Hasan Hanafi, Ali
Syari’ati, Asghar Ali Engineer dan pemikir Kiri Islam yang lain, hingga pemikir
kritis Barat seperti seperti Immanuel Kant, Karl
Marx, G.W.F. Hegel, Sigmund Freud, Jurgen Habermas, dan pemikir kritis lainnya,
menjadi santapan dan menu sehari-hari kader PMII.
Selain lahap wacana,
PMII juGa bergerak dalam aksi sosial. Dihampir tidak ada aksi jalanan yang
tidak luput dari peran gerakan PMII, advokasi, dan kerja pemberdayaan
masyarakat tertindas yang terjadi diberbagai daerah adalah aksi yang
diperankannya. Dengan arah dan pola gerakan demikian, sehingga mampu membawa
PMII menjadi salah satu 'most wanted' rezim Orde Baru.
Realitas sosial di atas,
menjadi fakta dan gerakan konkrit PMII yang tak terbantahkan, karena kemampuan
PMII dengan seluruh resources yang dimilikinya mampu berdialog secara
kreatif dengan konteks dan historisitas sosial saat itu, sehingga elan vital
gerakan PMII begitu tampak menggeliat dalam kerja-kerja kongkrit demokrasi,
kemanusiaan dan perjuangan mewujudkan keadilan. Meskipun di zaman sekarang ini
masih terlihat kekurangan di sana-sini, namun siapapun bisa menilai bahwa PMII
telah sanggup menyatukan dirinya dengan realitas historis dan menjadi anak emas
di zamannya. Karena PMII telah mampu mengintegrasikan antara gerakan pemikiran
dan gerakan sosial, serta mampu bergerak kreatif dan dinamis menjawab berbagai tantangan
zaman dan keruwetan persoalan hidup masyarakat dan bangsa.
Itulah sekelumit
potret gerakan PMII, sebagai organisasi kemahasiswaan, keislaman dan
keindonesiaan, dan sekaligus sebagai kaum intelektual muda NU yang memiliki
akar tradisi pemikiran, gerakan dan basis konstituen yang jelas, sehingga
dinamika gerakan dan pemikiran yang telah dilakoninya benar-benar membumi dan
diakui oleh masyarakat luas.