Saturday, January 27, 2018

POTRET GERAKAN PMII

Islam yang didengungkan dan digaungkan PMII ialah Islam rahmatan lil 'alamin, Islam yang ‘ramah’ bukan Islam yang ‘marah’. Itulah realitanya, dengan instrumen Islam ramah dan rahmatan lil ‘alamin tersebut, sehingga menjadikan wajah Islam begitu kaya, beragam, inklusif, dan variatif. Karena memang dalam sejarah kelahirannya, Islam bukanlah entitas yang tunggal, namun sebagai sunnatullah yang beragam.

Dalam konteks dunia yang sedemikian majunya dengan pluralitas budaya dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi-informasi, semangat Islam pun tetap menyala dan menjelma menjadi semangat gerakan, baik gerakan pemikiran maupun transformasi sosial. Islam yang hadir di tengah-tengah peradaban Quraisy, benar-benar memiliki cita-cita dan semangat mulia, salah satunya semangat 'pembebasan', yakni membebaskan manusia dari kebodohan, ketidakadilan, dan kungkungan kekuasaan yang menindas. Semangat pembebasan tersebut tidak hanya bagi manusia atau masyarakat Jazirah Arab an sich, namun juga bagi manusia dan masyarakat bangsa di seluruh dunia.

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), atau Indonesian Moslem Student Movement merupakan organisasi kemahasiswaan, keislaman, dan keindonesiaan yang benar-benar memiliki cita-cita mulia. Sebagai salah satu eksponen dan pembaharu bangsa yang mengemban misi intelektual yang berkewajiban dan bertanggungjawab mengemban komitmen keislaman dan keindonesiaan demi meningkatkan harkat dan martabat umat manusia, membebaskan bangsa Indonesia dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan baik spiritual dan material dalam segala bentuk.

Dalam mengemban tanggungjawab komitmen tersebut, sehingga dalam setiap tahunnya PMII merefresh diri dengan melangsungan kaderisasi (rekrutmen kader) dengan tujuan agar semangat gerakan, cita-cita, perjungan, dan ideologisasi PMII selalu hidup dan berlangsung dari generasi kegenerasi. Lebih dari itu, selain sebagai penerus mata rantai pengetahuan PMII juga secara intens tidak saja melakukan kajian dan penelitian atas berbagai pemikiran keagamaan, filsafat, dan teori-teori sosial lainnya, namun juga terjun langsung untuk melakukan pendampingan, advokasi dan dalam urusan tertentu melangsungkan aksi sosialnya dalam menyalurkan aspirasi dihadapan penguasa.

Perlu diketahui juga bahwa founding fathers PMII mendirikan PMII tidak dengan ruang kosong dan terpisah dari realitas sejarah. Mereka telah memberikan landasan ideal dan paradigmatik apa, dan bagaimana sebenarnya PMII itu, serta model gerakan seperti apa yang hendak dilahirkan PMII. Dalam perjalanannya, di era 1990-an PMII dinilai oleh banyak kalangan sebagai organisasi mahasiswa yang paling dinamis, liberal, dan berani. Karena PMII sebagai motor penggerak utama yang anti kemapanan, pejuang demokrasi dan pembela ‘wong cilik’. Selain daripada itu, kader-kader PMII adalah mahasiswa yang 'gila wacana', karena mereka sangat lahap mengkonsumsi berbagai varian-varian pemikiran, mulai dari pemikir Kiri Islam seperti Hasan Hanafi, Ali Syari’ati, Asghar Ali Engineer dan pemikir Kiri Islam yang lain, hingga pemikir kritis Barat seperti seperti Immanuel Kant, Karl Marx, G.W.F. Hegel, Sigmund Freud, Jurgen Habermas, dan pemikir kritis lainnya, menjadi santapan dan menu sehari-hari kader PMII.

Selain lahap wacana, PMII juGa bergerak dalam aksi sosial. Dihampir tidak ada aksi jalanan yang tidak luput dari peran gerakan PMII,  advokasi, dan kerja pemberdayaan masyarakat tertindas yang terjadi diberbagai daerah adalah aksi yang diperankannya. Dengan arah dan pola gerakan demikian, sehingga mampu membawa PMII menjadi salah satu 'most wanted' rezim Orde Baru.

Realitas sosial di atas, menjadi fakta dan gerakan konkrit PMII yang tak terbantahkan, karena kemampuan PMII dengan seluruh resources yang dimilikinya mampu berdialog secara kreatif dengan konteks dan historisitas sosial saat itu, sehingga elan vital gerakan PMII begitu tampak menggeliat dalam kerja-kerja kongkrit demokrasi, kemanusiaan dan perjuangan mewujudkan keadilan. Meskipun di zaman sekarang ini masih terlihat kekurangan di sana-sini, namun siapapun bisa menilai bahwa PMII telah sanggup menyatukan dirinya dengan realitas historis dan menjadi anak emas di zamannya. Karena PMII telah mampu mengintegrasikan antara gerakan pemikiran dan gerakan sosial, serta mampu bergerak kreatif dan dinamis menjawab berbagai tantangan zaman dan keruwetan persoalan hidup masyarakat dan bangsa.

Itulah sekelumit potret gerakan PMII, sebagai organisasi kemahasiswaan, keislaman dan keindonesiaan, dan sekaligus sebagai kaum intelektual muda NU yang memiliki akar tradisi pemikiran, gerakan dan basis konstituen yang jelas, sehingga dinamika gerakan dan pemikiran yang telah dilakoninya benar-benar membumi dan diakui oleh masyarakat luas.

Previous Post
Next Post

Penulis yang mengabdikan tulisannya bagi amal jariyah pemikiran. Tokoh favorit sekaligus panutannya adalah Gus Dur