Friday, February 23, 2018

TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI



Diskurus mengenai pendidikan memang amat menarik. Dikatakan menarik karena seluruh persoalan hidup dan kehidupan manusia ditandai dengan kegiatan belajar mengajar atau pendidikan. Lebih dari itu, sampai-sampai Rasullah Saw sendiri dalam haditsnya menyebutkan betapa pentingnya pendidikan itu: “Carilah ilmu itu sejak dari buaian hingga keliang lahat.” Sedemikian pentingnya pendidikan bagi manusia, hingga diskursus mengenai pendidikan seakan tidak pernah berakhir, dan setiap kali pendidikan dibicarakan maka selalu menarik dan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan besar.
Tak pelak lagi bahwa era globalisasi seperti sekarang ini dimana era reformasi teknologi-informasi, dimana era digital, internet, android serta smartphone yang begitu mendunia benar-benar menampilkan wajah yang berbeda dari era-era sebelumnya. Salah satu bentuk keberhasilan era ini adalah menyebarnya umat manusia disegala penjuru dunia yang membuat setiap individu tidak lagi terhalangi untuk mengakses perkembangan dan penemuan ilmu pengetahuan yang bergerak cepat dalam setiap harinya.
Sebagaimana perkembangan masyarakat dunia menuju masyarakat informasi (informatical society) dimana elektronika memegang peranan penting, dan bahkan menentukan corak kehidupan manusia. Lewat smartphone yang menjadi teman hidup dalam kesehariannya sehingga manusia mampu memasuki lingkungan informasi dunia. Elektronik seperti laptop, browser lewat internet telah sanggup mengankses informasi sampai pelosok dunia. Dengan pencarian lewat mesin Google, apapun informasi yang kita mau baik video, tulisan, gambar dan lainnya langsung tampil dengan cepatnya. Itulah keberhasilan teknologi saat ini, sehingga manusia benar-benar dimanjakan dengan hadirnya teknologi yang sangat modern dan canggih.
Disamping keberhasilan-keberhasilan dunia teknologi informasi tersebut, ternyata sisi yang lain telah muncul persoalan-persoalan dalam diri manusia maupun masyarakat yang begitu nampak dipermukaan akhir-akhir ini. Suatu kondisi dimana manusia sudah tidak bisa lagi beraktivitas tanpa disertai teknologi. Sehingga muncul penilaian negatif bahwa manusia saat ini benar-benar telah kecanduan teknologi yang tidak lain adalah dampak buruk yang bisa mengurangi nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karenanya, berbicara pendidikan Islam di era global berarti membicarakan kehidupan masa depan manusia yang teramat musykil, dan sering kali digambarkan sebagai keadaan yang penuh kesulitan dan tantangan bagi manusia, baik sebagai individu, masyarakat maupun kelompok-kelompok dan termasuk didalamnya bangsa dan seluruh penghuni bumi ini.
Manusia saat ini sedang mengalami suatu cobaan yang dahsyat, dimana umat manusia menjadi penghuni dunia yang tidak menentu, padat penduduknya dan sangat kompetitif. Sehingga manusia saat ini harus belajar hidup dengan perubahan yang terus menerus dengan ketidakpastian dan ketidakmampuan dalam memperhitungkan apa yang akan terjadi (upredictability).
Era globalisasi dunia saat ini, seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disamping mendatangkan kebahagiaan juga menimbulkan masalah etis dan kejiwaan baru bagi manusia yang berdampak pada nilai sosiologis, sisi psikologis hingga menuju persoalan teologis. Dengan teknologi informasi yang semakin hari semakin canggih dan hampir semua pelosok dunia dapat segera diketahui. Dengan revolusi informasi dan teknologi tersebut, dunia saat ini dianalogikan sebagai sebuah desa transparan atau tembus pandang. Dunia semakin terasa kecil dan semakin mengglobal, namun sebaliknya privacy seakan sudah tidak ada lagi. Demikian juga ketergantungan (interdependency) antar bangsa semakin besar, yaitu dengan sistem yang telah, sedang dan yang akan berkembang menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan yang terus menerus.
Banyaknya perubahan-perubahan dan peristiwa-peristiwa yang sebelumnya belum pernah terbayangkan oleh manusia sehingga menyebabkan keseimbangan hidup dan kehidupannya mengalami kegoncangan (shock) yang berakibat pada munculnya gejala ketidakpastian tentang masa depan yang akan dilaluinya. Perubahan yang terjadi juga mempengaruhi nilai-nilai yang selama ini dianut oleh manusia menjadi krisis nilai, yakni nilai-nilai kemasyarakatan yang dulunya dipegang teguh dalam kehidupan sebagai sarana penentu dalam segala aktivitas, kini kehilangan makna dan fungsi dalam hidupnya. Akibatnya manusia semakin individualistik, egois dan bahkan manusia sekarang mengidap penyakit a-sosial.
Lebih jauh dari itu bahwa alat-alat produksi baru yang dihasilkan teknologi modern dengan proses mekanis, otomatis dan standarisasinya menyebabkan manusia menjadi elemen yang mati dari proses produksi dan menjadi perbudakan baru. Manusia yang semula merdeka kini telah diturunkan derajatnya menjadi mesin raksasa teknologi modern. Pandangan tentang manusia sudah terreduksi, karena nilai manusia terdegradasi oleh pola kerja teknologi yang mekanistik dan jauh dari nilai-nilai sosial-moral, sehingga manusia terbelenggu oleh proses teknologi yang ada.
Dari kenyataan tersebut diatas, kemudian muncul rasa takut dan putus harapan yang membuat manusia cenderung mengalami kehampaan jiwa (anomi) dan keterasingan hidup (alienasi) baik oleh dirinya, sesamanya dan masyarakatnya. Dalam keterasingan tersebut manusia semakin pesimis melihat diri dan masa depannya. Manusia digambarkan telah menderita kesepian, kebosanan dan kesia-siaan. Sebagaimana digambarkan oleh Syahrin Harahap dengan mengutip dari Ross Poole bahwa manusia di era globalisasi dan modern ini sedang berada dibawah bayang-bayang nihilisme dan minus agama.[1]
Berangkat dari realitas era teknologi informasi tersebut diatas, kaitannya tentang persoalan-persoalan yang dialami oleh manusia, sesungguhnya mencerminkan sebuah tantangan atau merefleksikan dua kesadaran sekaligus. Dikatakan tantangan karena merefleksikan kesadaran terhadap kegelisahan psikologis dan bahkan juga merambah teologis. Ada perasaan ketidakamanan (insekuritas) dari ketidaktenangan dalam diri manusia, baik sebagai individu maupun kelompok didalam menjalani kehidupan di era globalisasi saat ini.
Sadar akan sisi positif serta tantangan di era teknologi informasi saat ini yang secara terus menerus menyeruak dan mendesak kepermukaan sehingga sangat menarik untuk dikaji dan ditelaah dengan melakukan upaya-upaya preventif-strategis dengan memfokuskan analisis keranah pendidikan, khususnya bagi pendidikan Islam. Sebab, penulis memahami dan menyadari bahwa pendidikan Islam memiliki peranan yang sangat penting dalam Islam, selain sebagai kunci terhadap kontinuitas Islam, juga sangat menentukan karakter bagi masyarakat muslim (moslem society) khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Referensi:
Syahrin Harahap. (1999). Islam; Konsep dan Implementasi Pemberdayaan. Yogyakarta: Tiara Wacana.



[1] Lihat: Syahrin Harahap, Islam; Konsep dan Implementasi Pemberdayaan, Cet. I, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999), hal. 61.
Previous Post
Next Post

Penulis yang mengabdikan tulisannya bagi amal jariyah pemikiran. Tokoh favorit sekaligus panutannya adalah Gus Dur