Sunday, September 06, 2020

BASIS INTELEKTUAL PMII

"Jangan sesekali ilmu mu kau gadaikan hanya karena urusan perut, tapi amal baktikanlah ilmu mu untuk pengabdian dan transformasi sosial"


Pengembangan basic intelektual menjadi modal penting dalam pengkaderan PMII. Sebagai organisasi kemahasiswaan dan keislaman yang berhaluan Aswaja, secara input kader mayoritasnya adalah berangkat dari kultur pesantren. Sehingga secara kasat mata idealitas pengembangan pemikiran bagi PMII adalah penguatan basis keagamaan sebagai perangkat lunak intelektual kader. Akan tetapi, pengkaderan di PMII tidak melulu pada pengkajian keagamaan semata, lebih dari itu bahwa PMII melakukan loncatan gagasan pemikiran dengan mencurahkan perhatiannya pada diskursus-diskursus penting seputar wacana liberasi, toleransi, demokrasi, pluralisme, civil society, dan pembongkaran terhadap ideologi dan doktrin teologi yang membuat masyarakat bisu untuk meminta hak hidup berfikir. Tak heran jika dalam kajian ilmiah dan wacana yang digagas di beberapa pengkaderan dan pelatihan PMII sering kali ditemukan term-term perihal wacana open society-nya Karl Popper, sosialismenya Karl Marx, masyarakat komunikatifnya Jurgen Habermas dan masih banyak lagi.

Selanjutnya, dalam wacana keislaman bahwa kegelisahan gagasan dan wacana pemikiran PMII merangsek pada kelompok Islam yang memaksakan simbol agama dalam wilayah kebangsaan dan kekuasaan negara. Bagi kalangan Islamis menjadikan Jamaluddin al-Afgani, Muhamad Abduh, Rasyid Ridha, Yusuf al-Qordlowi sebagai landasan keagamaan justru ditumbangkan PMII dan diimbanginya dengan pemikiran dan wacana tentang liberasi penuh pembebasan seperti Muhamad Arkoun, al-Jabiri, Ali Syariati, Hasan Hanafi dan para tokoh kiri Islam lainnya.

Secara intensif, pengembangan intelektual PMII dengan diskursus pada open society tidak lain adalah sebagai tempat untuk menempa diri dan mengasah kepekaan sosial dan intelektual kader. Dalam pengembangan selanjutnya, mampu menjadi arus utama gerakan intelektual generasi muda NU melalui berbagai program-program seperti kajian, penelitian, penerbitan hingga masuk pada wilayah pendidikan. 

PMII menunjukan pembuktikan bahwa ia adalah sentral dan simpul jaringan intelektual di internal kalangan intelektual muda Islam Indonesia. Fakta ini juga menunjukan, di mana PMII sangat sadar bahwa setiap gerakan organisasi harus dilandasi dengan modal intelektual, yang kemudian akan melahirkan pengembangan dan pengabdian masyarakat yang konkret. Ini artinya bahwa ilmu bagi PMII diamalkan untuk kepentingan masyarakat, bukan ilmu untuk ilmu.[]


Previous Post
Next Post

Penulis yang mengabdikan tulisannya bagi amal jariyah pemikiran. Tokoh favorit sekaligus panutannya adalah Gus Dur

0 comments: