CINTA adalah kasih sayang dan naluri jiwa
manusia yang suci, indah dan penuh kedamaian. Setiap manusia yang hidup, naluri
cinta dan kasih sayang muncul dengan sendirinya, karena cinta merupakan anugrah
Tuhan yang diberikan kepada manusia sejak ia lahir. Karena naluri cinta inilah, sehingga jiwa manusia menjadi damai, tenang dan tentram. Karenanya, mensyukuri nikmat
Tuhan adalah kewajiban, karena cinta adalah nikmat Tuhan, maka mensyukuri nikmat (cinta) adalah kewajiban bagi setiap manusia.
Manusia hidup pastinya membutuhkan
kedamaian dan ketentraman. Hati dan jiwa manusia menjadi tentram manakala cinta itu selalu tertanam dan termanifestasi dalam tiap-tiap sendi kehidupan, baik
kehidupan individual, yaitu dengan cinta kepada Sang Khalik (hablum
minallah) yang termanifestasi dengan ketaatan dan kepatuhannya atas segala
perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Kemudian dalam kehidupan yang lebih
luas lagi, yaitu kehidupan sosial dengan mencintai sesama manusia (hablum
minannas) maupun alam di mana tempat kita hidup (hablum
minal ‘alam).
Untuk pertama kalinya dalam memupuk
pribadi manusia yang shaleh, sebuah interaksi dengan Sang Khalik menjadi
kebutuhan substantif
bagi setiap individu. Sebab, kepribadian baik manusia akan terbangun karena
kebutuhan ruhani-nya terpenuhi. Sebaliknya, pribadi manusia itu buruk tidak lain karena interaksi
dengan Sang khalik
belumlah terbangun secara baik dan konsisten. Jadi, pribadi yang baik manusia akan
tercipta manakala ia mampu membangun hubungan transendental dengan baik.
Mencintai sesama menjadi hak hidup
kita semua, karena cinta menjadi kebutuhan hakiki dalam hidup dan kehidupan.
Hidup tanpa cinta adalah malapetaka, sedangkan cinta tanpa kehidupan adalah
mustahil, sebab hadirnya cinta disebabkan oleh karena kita hidup dalam sebuah
kehidupan. Kematian adalah nihil-nya
kehidupan dan pasti tidak membutuhkan cinta. Maka dari itu bahwa cinta menjadi
sendi dalam hidup dan setiap kehidupan.
Mustahil, Tuhan menciptakan segala sesuatu tanpa maksud. Cinta adalah ciptaan Tuhan, dan salah satu maksud
diciptakannya segala sesuatu adalah agar ciptaannya saling memberi, mengasihi dan saling mencintai. Segala sesuatu yang
diciptakan Allah pastinya berpasang-pasangan. Ada langit ada bumi, ada malam
ada siang. Diciptakannya Adam, Hawa lah sebagai pasangan hidup di muka bumi
ini. Itulah penciptaan yang hakiki dan inilah hakikat dari sebuah penciptaan
Sang Maha Adil, dengan maksud agar kita memahami makna di balik semua ciptaan, dan
salah satunya adalah makna cinta di dalamnya.
Langit memberikan kasih sayang dan
rasa cintanya dapat kita saksikan, yaitu dengan siraman air hujan dari langit yang tertuju untuk bumi,
sehingga tanah menjadi gembur, tanaman dan pepohonan dapat tumbuh subur
sehingga menuai hasil seperti buah yang segar, dan manusia lah yang menikmatinya.
Malam merupakan waktu istirahat yang sangat berarti bagi manusia, karena di siang
harinya disibukkan dengan banyak aktivitas yang cukup melelahkan. Adam
dipindahkan ke bumi tidaklah sendiri, tapi bersama dengan Siti Hawa, yang merupakan sepasang manusia yang membangun komitmen dan tali kasih untuk saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, baik dalam suka
maupun duka.
(Mizanul Akrom)