Prawacana
Setiap manusia mempunyai
kepribadian yang berbeda-beda. Ada yang memiliki pribadi baik dengan jiwa
sosialnya teramat tinggi dan rasa kepeduliannya terhadap orang lain. Ada juga
yang mempunyai kepribadian yang hanya mementingkan diri sendiri (individualistik) tanpa memperdulikan
orang disekelilingnya, karena jiwa sosialnya terbunuh dengan kepuasan individu
dan mengesampingkan kehidupan sosial dimasyarakat.
Kepribadian yang baik
akan berdampak positif ketika berinteraksi dengan orang lain, dan menghasilkan
kehidupan yang harmonis di lingkungan sekitarnya. Karena kepribadian yang baik
akan nampak dan terlihat dalam kehidupannya melalui perilaku keseharian dan
termanifestasikan dalam sebuah tindakan maupun perilaku. Hasil dari tindakan
maupun perilaku yang dilakukan memberikan manfaat bagi dirinya sendiri, orang
lain serta lingkungan.
Manusia yang ideal
adalah manusia yang seimbang antara kepribadian, perilaku, dan hasil. Dalam
artian bahwa, kepribadian manusia merupakan manifestasi dari sumber, yang
kemudian di implementasikan dalam sebuah perilaku atau tindakan. Dan perilaku
yang dihasilkan mendapat hasil yang merupakan penilaian dari penglihatan orang
lain terhadap perilakunya. Begitu pula hasil yang didapatkannya merupakan
kausalitas kedua variable (sumber dan perilaku) yang saling berkorelasi
(keterkaitan).
Antara Kepribadian,
Perilaku dan Hasil
Sumber dapat berbentuk
metafisika dan tidak memiliki bentuk secara materi. Sumber ini dalam kehidupan
sehari-hari yang sering kita kenal dalam berbagai bentuk atau istilah.
Misalnya: ideologi, ide, gagasan, pemikiran dan sebagainya. Sumber tidak saya
definisikan hanya sebatas yang rasional atau logika saja, akan tetapi mencakup
hal-hal yang sifatnya emosional. Seperti: keyakinan, perasaan, intuisi, feeling,
dan lain sebagainya. Intinya sumber adalah sesuatu yang mendasari kita untuk
melakukan sesuatu hal dalam bentuk tindakan.
Salah satu sumber yang
kemudian menjadi cara berfikir, dan selanjutnya terbangun dalam kepribadian
seseorang dan termanifestasi dalam perilaku atau tindakan. Dengan otomatis
perilaku yang dihasilkan akan mendapat respon dari orang lain. Respon inilah
yang kita sebut sebagai hasil. Misalnya: “seseorang berfikir untuk selalu
berbuat baik kepada orang lain. Maka hal ini akan berpengaruh pada dirinya,
sehingga dia sering tersenyum, suka menolong terhadap sesama. Kemudian
akibatnya orang-orang mengenalnya sebagai orang yang ramah, baik hati, dan
mudah diterima di masyarakat.” Inilah yang dimaksud bahwa sumber terbentuk
menjadi kepribadian seseorang yang kemudian berpengaruh pada perilaku, dan
perilaku mempunyai pengaruh juga pada hasil. Berfikir untuk selalu berbuat baik
kepada orang lain itulah yang disebut sebagai sumber yang terbangun dalam
kepribadian. Sedangkan perilakunya mengumbar senyum, suka menolong merupakan
bagian dari perilaku. Dan sebutan ramah dan baik hati itulah yang kita sebut
sebagai hasil.
Dari satu sumber bisa di
interpretasikan (tafsirkan) ke dalam beberapa perilaku yang berbeda. Misalnya
dalam contoh yang sama bahwa, berbuat baik kepada oranglain merupakan i’tikad
atau keyakinan untuk selalu berbuat baik kepada orang lain dimanapun kita
berada, sebagai pengabdian diri yang tulus kepada Allah Swt. maka, dapat di
interpretasikan ke dalam banyak bentuk dalam sebuah perilaku. Mulai dari
tersenyum, dermawan, suka menolong dan masih banyak lagi. Begitu pula dari satu
perilaku bisa menghasilkan banyak hasil, misalnya dari perilaku tersenyum bisa
menciptakan hasil berupa anggapan ramah, anggapan genit, anggapan gila, muka
yang lebih awet muda. Dermawan bisa menciptakan hasil sok baik hati, sok
perhatian, dan sebagainya. Ini merupakan konsekuensi logis yang harus kita
terima, dan orang lain berhak untuk menilai diri kita. Dan Allah Swt. juga
melihatnya dari kualitas dan keikhlasan perbuatan yang kita kerjakan kepada
orang lain.
Bagaimana menjadi
manusia yang seimbang?
Untuk menjadi manusia
yang seimbang antara kepribadian, perilaku dan hasil, dibutuhkan proses-proses
kehidupan yang kontinyu dan dinamis. Artinya, kita tidak pantang menyerah dalam
menjalani kehidupan ini, namun selalu berusaha untuk menuju kehidupan yang
lebih baik. Maka dari itu, untuk menjadi manusia yang seimbang, kita harus
memiliki sumber yang autentik, sehingga sumber tersebut mampu
mengantarkan kita pada kepribadian yang berkualitas.
Manusia yang seimbang
dan berkualitas adalah manusia yang mampu memahami hakikat (substansi) dan
esensi dari tiap-tiap tujuan hidupnya. Bukan manusia yang hidup tanpa arah dan
tujuan yang jelas, melainkan selalu memikirkan dan memahami tujuan hidupnya dan
mampu merealisasikan dalam kehidupan yang nyata dalam berbagai bentuk dan
artikulasi kehidupan yang sarat akan makna. Dan perbuatan yang dilakukannya pun
bukan mengharapkan pujian dan sanjungan dari orang lain, akan tetapi hanya
untuk beribadah kepada Allah Swt.
Manusia yang seimbang
juga bukanlah manusia yang dalam menjalani kehidupannya tanpa memahami esensi
yang ada, dan bukan pula manusia yang hidup hanya dengan sumber turunan dan
berfokus pada perilaku, namun lebih dari itu, yaitu manusia yang seimbang
antara kepribadian, perilaku yang termanifestasi dalam sebuah tindakan dan
perbuatan. sehingga ia mudah diterima di masyarakat secara baik dan menuai
hasil yang maksimal. Orang yang berada disekelilingnyapun merasakan dalam suasana
hati yang tentram dan damai. Sehingga tercipta suasana kehidupan yang tenang,
tentram dan damai serta sejahtera.