Thursday, April 09, 2015

MANUSIA SEIMBANG


Prawacana
Setiap manusia mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Ada yang memiliki pribadi baik dengan jiwa sosialnya teramat tinggi dan rasa kepeduliannya terhadap orang lain. Ada juga yang mempunyai  kepribadian yang hanya mementingkan diri sendiri (individualistik) tanpa memperdulikan orang disekelilingnya, karena jiwa sosialnya terbunuh dengan kepuasan individu dan mengesampingkan kehidupan sosial dimasyarakat.

Kepribadian yang baik akan berdampak positif ketika berinteraksi dengan orang lain, dan menghasilkan kehidupan yang harmonis di lingkungan sekitarnya. Karena kepribadian yang baik akan nampak dan terlihat dalam kehidupannya melalui perilaku keseharian dan termanifestasikan dalam sebuah tindakan maupun perilaku. Hasil dari tindakan maupun perilaku yang dilakukan memberikan manfaat bagi dirinya sendiri, orang lain serta lingkungan.

Manusia yang ideal adalah manusia yang seimbang antara kepribadian, perilaku, dan hasil. Dalam artian bahwa, kepribadian manusia merupakan manifestasi dari sumber, yang kemudian di implementasikan dalam sebuah perilaku atau tindakan. Dan perilaku yang dihasilkan mendapat hasil yang merupakan penilaian dari penglihatan orang lain terhadap perilakunya. Begitu pula hasil yang didapatkannya merupakan kausalitas kedua variable (sumber dan perilaku) yang saling berkorelasi (keterkaitan).

Antara Kepribadian, Perilaku dan Hasil
Sumber dapat berbentuk metafisika dan tidak memiliki bentuk secara materi. Sumber ini dalam kehidupan sehari-hari yang sering kita kenal dalam berbagai bentuk atau istilah. Misalnya: ideologi, ide, gagasan, pemikiran dan sebagainya. Sumber tidak saya definisikan hanya sebatas yang rasional atau logika saja, akan tetapi mencakup hal-hal yang sifatnya emosional. Seperti: keyakinan, perasaan, intuisi, feeling, dan lain sebagainya. Intinya sumber adalah sesuatu yang mendasari kita untuk melakukan sesuatu hal dalam bentuk tindakan.

Salah satu sumber yang kemudian menjadi cara berfikir, dan selanjutnya terbangun dalam kepribadian seseorang dan termanifestasi dalam perilaku atau tindakan. Dengan otomatis perilaku yang dihasilkan akan mendapat respon dari orang lain. Respon inilah yang kita sebut sebagai hasil. Misalnya: “seseorang berfikir  untuk selalu berbuat baik kepada orang lain. Maka hal ini akan berpengaruh pada dirinya, sehingga dia sering tersenyum, suka menolong terhadap sesama. Kemudian akibatnya orang-orang mengenalnya sebagai orang yang ramah, baik hati, dan mudah diterima di masyarakat.” Inilah yang dimaksud bahwa sumber terbentuk menjadi kepribadian seseorang yang kemudian berpengaruh pada perilaku, dan perilaku mempunyai pengaruh juga pada hasil. Berfikir untuk selalu berbuat baik kepada orang lain itulah yang disebut sebagai sumber yang terbangun dalam kepribadian. Sedangkan perilakunya mengumbar senyum, suka menolong merupakan bagian dari perilaku. Dan sebutan ramah dan baik hati itulah yang kita sebut sebagai hasil.

Dari satu sumber bisa di interpretasikan (tafsirkan) ke dalam beberapa perilaku yang berbeda. Misalnya dalam contoh yang sama bahwa, berbuat baik kepada oranglain merupakan i’tikad atau keyakinan untuk selalu berbuat baik kepada orang lain dimanapun kita berada, sebagai pengabdian diri yang tulus kepada Allah Swt. maka, dapat di interpretasikan ke dalam banyak bentuk dalam sebuah perilaku. Mulai dari tersenyum, dermawan, suka menolong dan masih banyak lagi. Begitu pula dari satu perilaku bisa menghasilkan banyak hasil, misalnya dari perilaku tersenyum bisa menciptakan hasil berupa anggapan ramah, anggapan genit, anggapan gila, muka yang lebih awet muda. Dermawan bisa menciptakan hasil sok baik hati, sok perhatian, dan sebagainya. Ini merupakan konsekuensi logis yang harus kita terima, dan orang lain berhak untuk menilai diri kita. Dan Allah Swt. juga melihatnya dari kualitas dan keikhlasan perbuatan yang kita kerjakan kepada orang lain.

Bagaimana menjadi manusia yang seimbang?
Untuk menjadi manusia yang seimbang antara kepribadian, perilaku dan hasil, dibutuhkan proses-proses kehidupan yang kontinyu dan dinamis. Artinya, kita tidak pantang menyerah dalam menjalani kehidupan ini, namun selalu berusaha untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Maka dari itu, untuk menjadi manusia yang seimbang, kita harus memiliki sumber yang autentik, sehingga sumber tersebut mampu mengantarkan kita pada kepribadian yang berkualitas.  

Manusia yang seimbang dan berkualitas adalah manusia yang mampu memahami hakikat (substansi) dan esensi dari tiap-tiap tujuan hidupnya. Bukan manusia yang hidup tanpa arah dan tujuan yang jelas, melainkan selalu memikirkan dan memahami tujuan hidupnya dan mampu merealisasikan dalam kehidupan yang nyata dalam berbagai bentuk dan artikulasi kehidupan yang sarat akan makna. Dan perbuatan yang dilakukannya pun bukan mengharapkan pujian dan sanjungan dari orang lain, akan tetapi hanya untuk beribadah kepada Allah Swt.

Manusia yang seimbang juga bukanlah manusia yang dalam menjalani kehidupannya tanpa memahami esensi yang ada, dan bukan pula manusia yang hidup hanya dengan sumber turunan dan berfokus pada perilaku, namun lebih dari itu, yaitu manusia yang seimbang antara kepribadian, perilaku yang termanifestasi dalam sebuah tindakan dan perbuatan. sehingga ia mudah diterima di masyarakat secara baik dan menuai hasil yang maksimal. Orang yang berada disekelilingnyapun merasakan dalam suasana hati yang tentram dan damai. Sehingga tercipta suasana kehidupan yang tenang, tentram dan damai serta sejahtera.

Previous Post
Next Post

Penulis yang mengabdikan tulisannya bagi amal jariyah pemikiran. Tokoh favorit sekaligus panutannya adalah Gus Dur