Pengantar
PENDIDIKAN yang dalam istilah al-Qur’annya
disebut “tarbiyah” itu mengandung arti “penumbuhan” atau “peningkatan”.
Pertama-tama ialah penumbuhan dan peningkatan segi jasmani anak, dengan
terutama si ibu tanpa pamrih dan atas rasa cinta kasih yang semurni-murninya
mencurahkan diri dan perhatiannya kepada pertumbuhan anaknya. Hubungan
emosional yang amat pekat dan penuh kemesraan si ibu itu menjadi taruhan “survival”
si anak memasuki dunia kehidupan baru, yaitu dunia kehidupan. Bahkan hubungan
itu telah terbentuk sejak dalam kandungan.
Dalam pandangan Al-Ghazali, tujuan utama
pendidikan adalah untuk menjamin masa depan anak diakherat (qu anfusakum wa
ahlikum naran). Masa kanak-kanak sangatlah urgen, karena pada
asalnya jiwa anak murni dan terbuka terhadap pengaruh dari luar. Karakternya
tertulis diatasnya sebagaimana pena diatas kertas putih. Bisa dikatakan bahwa,
karekter anak merupakan bentukan dari pendidikan awal yang diberikan oleh
keluarga atau orangtua.
Salah satu tugas yang diemban orangtua adalah
mendidik anak. Maka dari itu harus ada hubungan timbal balik dari anak kepada
oraang tua yaitu sikap hormat dan sopan santun dari pihak anak kepada kedua
orangtua juga hal yang amat penting. Hendaknya anak merendahkan “kepak sayap
kesopanan karena rasa cinta kasih” (suatu kiasan dari sikap burung) kepada
keduanya. Berbuat baik kepada kedua orangtua salah satunya adalah berdo’a untuk
kebahagiaan mereka dengan rahmatNya sesuai dan setingkat dengan bagaimana kedua
orangtua itu mendidik mereka diwaktu kecil.
Pendidikan keluarga
Dalam pandangan al-Ghazali, tujuan utama
pendidikan adalah untuk menjamin masa depan anak di akherat (qu anfusakum wa
ahlikum naran), dan menurut al-Ghazali juga metode kita mendidik anak juga
sangatlah penting. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang sangat efektif
aman dan nyaman. Anak kecil dapat melakukan proses pendidikan dalam keluarga
dengan aman dan nyaman melalui bimbingan dan arahan orangtuanya melalui sebuah
metode yang diberikan kepada si anak, yaitu metode kasih sayang. Kasih sayang inilah
yang nantinya akan membawa anak pada pertumbuhan dan peningkatan potensi
positif anak menjadi manusia dengan tingkat kualitas yang setinggi-tingginya.
Karena kasih sayang merupakan pancaran atau sublimasi nilai-nilai cinta kasih
orangtua kepada si buah hati yang selalu dinanti-nantikan kehadirannya dalam
kehidupan.
Dalam diri orangtua tidaklah berkuasa untuk
membuat anaknya “baik”, sebab potensi kebaikan sebenarnya sudah ada pada si
anak. Sehingga orangtua dapat dan berkewajiban berbuat sesuatu guna
mengembangkan apa yang secara primordial sudah ada pada si anak, yaitu nature
kebaikannya sendiri sesuai dengan fitrahnya. Sementara dipihak lain
orangtua mempunyai peranan menentukan dan memikul beban tanggung jawab utama
jika sampai si anak menyimpang dari nature dan potensi kebaikannya itu,
sehingga menjadi manusia dengan ciri kualitas rendah.
Berangkat dari sinilah maka, peran dan juga
tugas orangtua adalah mendidik dan
mengarahkan anak-anaknya dengan menanamkan kebiasaan (ta’wid) tingkah
laku yang baik dalam tindakan-tindakan konkret dalam keluarga, yang pada
gilirannya akan memancing dan menjadikan pribadi (nature_fitrah) si anak
bisa berkembang dengan sendirinya. Dan yang tidak kalah pentingnya tugas
orangtua adalah mengawasi atau mengantarai anak dan lingkungnnya, serta
menangkis segala pengaruh dari luar yang merusak. Karena menurut al-Ghazali
pendidikan anak pada dasarnya adalah menjaga anak dari (bergaul) dengan
teman-temannya yang jahat.
Disamping tugas orangtua kepada anak, orangtua
berhak mendapat pelakuan atau sikap hormat dan sopan santun serta kasih sayang dari
anaknya. Pentingnya berbuat baik antara anak kepada orang tua, sampai
berulang-ulang disebutkan dalam al-Qur’an, salah satunya adalah : “Dan kami
berpesan kepada manusia hendaknya berbuat baik kepada kedua orangtua…[1]
Dari perbuatan baik yang diberikan anak kepada orangtua, ada beberapa rincian
tentang tugas yang harus dilakukan anak kepada orangtua. Pertama,
janganlah ia mengucapkan kata-kata kotor dan tidak pantas kepada ayah-ibu,
khususnya jika salah satu dari keduanya telah mencapai usia lanjut, juga
janganlah membentak atau berucap kasar. Sebaliknya hendaklah bertutur kata
dengan lemah lembut dan penuh sopan. Kedua, hendaknya ia berlaku sopan
dan cinta kasih. Ketiga, selalu mendo’akan untuk ayah dan ibunya.
Keluarga sebagai lembaga pendidikan
Keluarga
sebagai institusi atau lembaga pendidikan (informal) ditunjukan oleh hadits
Nabi yang menyatakan bahwa, keluarga merupakan tempat pendidikan anak paling
awal dan yang memberikan warna dominan bagi anak. Sejak anak dilahirkan, ia
menerima bimbingan kebaikan dari keluarganya, dan itu sudah menjadi kewajiban
bagi orangtua. Karena bayi yang lahir merupakan sebuah penantian untuk melihat
si buah hatinya bisa menghirup udara bebas di alam barunya. Namun apabila sudah
mulai tumbuh besar dan sudah mulai berfikir dan mengikuti lingkungan yang ada,
anak bisa berperilaku dijalan kejelekan sebagai akibat dari pendidikan keluarga
yang kurang tepat. Kedua orang tuanyalah yang memiliki peran besar untuk
mendidiknya agar tetap dalam jalan yang sehat dan benar.
Berbicara tentang pendidikan keluarga berarti
berbicara tentang perempuan sebagai ibu. Perempuan (Ibu) adalah pendidik
bangsa, sebagaimana dinyatakan oleh Hafedz Ibrahim:
“Ibu adalah sekolah apabila kau persiapan
Engkau telah mempersiapkan rakyat yang baik
lagi kuat“
Sebagai mana diuaraiakan
diatas bahwa pendidikan adalah untuk semua (education for all) dan
berlangsung selama hayat dikandung badan. Peran ibu sebagai pendidik tetap akan
relevan, efektif, efisien dan merata pada setiap individu bangsa. Sebab tiap
anak tidak terlepas dari peran ibunya.
0 comments: