Thursday, April 09, 2015

PERAN PEMUDA DAN AKTIVIS MAHASISWA

Berdirinya bangsa Indonesia bukanlah semudah membalikkan telapak tangan, tapi butuh proses yang panjang dan perjuangan yang tidak hanya tenaga, tetapi nyawa sebagai korban dan sebagai bukti perjuangan para pahlawan untuk berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam literatur sejarah berdirinya NKRI kaum pemuda memiliki peranan penting dalam membangun bangsa (nation). Spirit pentingnya nilai-nilai persatuan dan kesatuan untuk  menjadikan nusantara sebuah negara kesatuan yang merdeka telah muncul di jiwa pemuda jauh sebelum pembacaan teks proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 (de facto) yang dilakukan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta.

Penjajahan panjang yang telah dilakukan oleh kolonial asing sekitar tiga setengah abad lamanya telah menjadi latar belakang bagi pemuda bangsa kita harus berdiri sendiri “merdeka”. 20 Mei 1908 berdirinya organisasi Budi Utomo diyakini sebagai “cikal-bakal” organisasi pergerakan nasional pemuda yang cukup berpengaruh di mata Pemerintahan Hindia-Belanda ketika itu. Organisasi yang dimotori oleh sejumlah mahasiswa  STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) seperti Dr. Soetomo, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo tersebut didirikan bertujuan untuk membangun kesadaran atau jiwa nasinalisme (nasionalism) serta pengetahuan masyarakat pribumi tentang pentingnya memajukan pendidikan, sosial, ekonomi dan politik untuk kemajuan bangsa. Sehingga momen berdirinya organisasi Budi Utomo tersebut diperingati setiap tahun sebagai Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS).

Peranan pemuda dalam upaya membangun bangsa masih berlanjut pada tanggal 28 Oktober 1928 (Sumpah Pemuda). Upaya pemuda kali ini bertujuan untuk persatuan masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa, M. Yamin melalui organisasi Pergerakan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) telah merumuskan teks persatuan pemuda yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Moment Sumpah Pemuda telah berhasil memberikan ruh pergerakan menuju persatuan dan kebangsaan, yaitu bangsa Indonesia.

Peristiwa bersejarah pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta juga melibatkan peran cerdas segelintir pemuda. Peristiwa Rengas Dengklok, berawal pada “penculikan” Ir. Soekarno yang dilakukan Soekarni, Wikana dan Chaerul Tanjung (Komunitas Menteng 31) tersebut telah berhasil membawa Indonesia “merdeka” (de jure). Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebut sontrak saja mengagetkan kolonial asing yang masih menancapkan kaki-kaki nya di republik tercinta ini.

Begitu juga yang terjadi pada masa orde baru (rezim Soeharto), pemuda yang dimotori oleh gerakan mahasiswa telah mengotaki pelengseran rezim orde baru yang dikenal otoriter, tepatnya pada tanggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun lamanya berhasil diturunkan paksa oleh gerakan mahasiswa yang bergerak dilatar belakangi oleh kondisi krisis ekonomi dan nalar para elite pemerintah yang korup ketika itu.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda khususnya mahasiswa memiliki andil dalam proses perjalanan panjang bangsa kita. Semangat persatuan, semangat untuk bebas dari keterjajahan asing, serta semangat kebangsaan merupakan embrio yang dimiliki pemuda untuk membangun bangsa (nation) dari ketepurukan. Namun kondisi bangsa saat ini tampaknya kembali membutuhkan perhatian pemuda khususnya para (aktivis) mahasiswa  mengingat saat ini telah terjadi krisis nilai-nilai kebangsaan, maraknya kasus korupsi berjamaah yang melibatkan pejabat negara mulai dari eksekutif, legislatif, hingga yudikatif tampaknya telah keluar jauh dari esensi tujuan berdirinya suatu bangsa yang sudah menjadi komitmen awal dari para funding fathers dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Pemuda khususnya para (aktivis) mahasiswa harus kembali mengambil peran dalam membawa arah bangsa ini kembali ke plat form nya, budaya korupsi yang saat ini telah mengakar harus segera dihentikan! Bangsa ini membutuhkan pemuda dan mahasiswa yang sadar akan bahaya laten korupsi yang telah mengikis nilai-nilai kebangsaan tersebut. Oleh karena itu pemuda dan mahasiswa (sebagai kaum intelektual dan agen of change) harus menjadi pelopor pergerakan melawan budaya korupsi saat ini, karena pemuda dan mahasiswa lah yang memiliki masa depan dan sebagai generasi penerus bangsa (Iron stocke), maka akan menjadi sangat penting kalau pemuda dan mahasiswa memahami dan memiliki kesadaran bahwa budaya korupsi akan membawa bangsa kita ke dalam keterpurukan dan menyengsarakan masyakat kini dan akan datang.

Kebumen, Januari 2014

MIZANUL AKROM

Previous Post
Next Post

Penulis yang mengabdikan tulisannya bagi amal jariyah pemikiran. Tokoh favorit sekaligus panutannya adalah Gus Dur